Translate :

Home / Uncategorized

Rabu, 8 Januari 2025 - 14:41 WIB

Pertanyaan Berat Seputar Mimpi

Pembahasan ba’da subuh di tanah Uzlah kali ini adalah Pertanyaan Berat Seputar Mimpi. Hal ini perlu di tegaskan dan di urai secara rinci baik untuk Helper yang ada di Majelis Gaza maupun yang di luar Majelis, yang masih bingung membedakan tentang ciri-ciri mimpi dari Allahﷻ, bunga tidur atau dari syetan. Berikut penjabarannya.

1.Mungkinkah orang yang banyak menerima mimpi benar dari Allahﷻ, dalam mimpi tertentu disusupi mimpi angan-angan atau Bunga tidur, atau justru mimpi dari syetan?

Jawaban :

Dengan rujukan ulama/ kitab dan hadits, bukan dengan argumentasi pribadi dan dengan fakta, sebagai berikut :

Menurut Ibnu Sirin, seorang ulama besar, ahli tafsir mimpi;

Mimpi seorang mukmin yang saleh lebih cenderung berasal dari Allahﷻ, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian mimpinya bisa berasal dari angan-angan atau bisikan setan, terutama jika kondisi psikologis atau spiritualnya sedang tidak stabil.

Ibnu Khaldun, dalam perspektifnya sebagai seorang ulama, sejarawan dan filsuf, memandang mimpi juga memiliki hubungan erat dengan kondisi jiwa seseorang. Meskipun ia tidak membahas tafsir mimpi secara mendalam seperti Ibnu Sirin, ia menekankan bahwa mimpi mencerminkan interaksi antara pikiran, pengalaman, dan alam spiritual. Dalam hal ini, ia juga mengakui adanya kemungkinan mimpi yang bercampur antara petunjuk ilahi dan pengaruh duniawi atau setan.

Dalam Islam, mimpi dapat dikategorikan menjadi tiga jenis:

-Mimpi yang benar (ru’ya shadiqah): Mimpi ini berasal dari Allahﷻ, biasanya membawa kabar baik, petunjuk, atau peringatan.
-Mimpi dari angan-angan (hadits an-nafs): Mimpi ini berasal dari pikiran, keinginan atau pengalaman atau latar belakang seseorang.
-Mimpi dari setan (hulm): Mimpi ini biasanya berupa mimpi buruk.

Bagaimana Cara Membedakan mimpi dari Allahﷻ, bunga tidur dan dari syetan;

-Mimpi dari Allah: Tenang, jelas, sering kali mengandung hikmah atau pesan yang baik. Mimpi ini cenderung jelas, tidak membuat hati gelisah (tidak ragu), dan memiliki pesan yang positif.

-Mimpi dari angan-angan: Biasanya dipengaruhi oleh apa yang sering dipikirkan atau dialami, atau sejarah hidup masa lalu, dan tidak memiliki makna khusus. Sering tidak jelas atau acak, sering kali mencerminkan apa yang ada dalam pikiran sehari-hari. Dan sesekali ada keraguan-keraguan.
Misalnya; pernah ikut aliran/ kelompok menyimpang yang berambisi menguasai pemerintahan dan lain-lain. (NII KW9 dll)

-Mimpi dari syetan: Biasanya di tandai dengan cara membuat kecemasan mental seseorang. Yaitu takut, cemas, atau membawa keburukan. Sehingga membuat hati seorang pemimpi menjadi resah atau takut. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti atau mengganggu manusia.

Contoh kasus ;
Peristiwa penting Pertama kali dalam sejarah dialog dengan seorang tokoh agama malaysia, lalu diganggu dengan mimpi dari Muhammad Qasim, yang disaksikan oleh 10 orang yang datang dari Indonesia.

Bayangkan, jika Al-Mahdi saja bisa menerima mimpi diatas, apalagi yang bukan Al Mahdi. Salah menafsirkan mimpi tentang GAZA, sehingga keluar keputusan membubarkan GAZA / meninggalkan Diki Candra, yang notabenenya telah berjuang di garis depan. Maka tidak aneh mayoritas anggota GAZA tidak keluar/ bingung dengan keputusan Qasim tersebut. Dan disambut oleh orang yang sedang sekolah dajjal/terpenjara dajjal menjadi bahan serangan, tanpa dipikirkan isi mimpinya.

Kesimpulan ;

Pendapat dari dua ulama besar diatas, meskipun seseorang banyak bermimpi benar (mubasyirat) dari Allahﷻ, tidak menutup kemungkinan sebagian mimpinya berasal dari angan-angan atau syetan, tergantung pada kondisi jiwa, pikiran, dan spiritualitasnya saat itu.

Oleh karena itu, penting bagi seorang muslim untuk berdoa dan meminta perlindungan kepada Allahﷻ sebelum tidur serta menilai (menafsirkan) mimpi dengan kebijaksanaan dan tuntunan agama (sesuai Al Qur’an dan Hadits).

Ibnu sirin dan ibnu Khaldun rujukannya Al Qur’an dan Hadits
WALLAHU A’LAM

2.Apakah mimpi petunjuk berupa mimpi dari hasil istikharah, mimpinya bukan dari Allahﷻ atau dari syetan?

Jawaban :

Dalam pandangan Ibnu Sirin dan Ibnu Khaldun, petunjuk mimpi hasil istikharah (shalat memohon petunjuk kepada Allahﷻ) memiliki karakteristik yang khas. Namun, kemungkinan bahwa mimpi tersebut berasal dari selain Allahﷻ, seperti syetan atau angan-angan diri, tetap perlu diperhatikan.

Baca Juga:  Misteri Ashabul Kahfi

Menurut Ibnu Sirin; petunjuk mimpi hasil istikharah yang benar cenderung berasal dari Allahﷻ. Akan tetapi, jika seseorang tidak memiliki keyakinan yang kuat atau ada gangguan dari syetan, mimpi tersebut bisa saja dipengaruhi oleh faktor lain, seperti hawa nafsu atau bisikan syetan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan istikharah dengan hati yang bersih, ikhlas, dan berserah diri sepenuhnya kepada Allahﷻ.

Pandangan Ibnu Khaldun; meskipun lebih banyak membahas mimpi dalam konteks sosial dan psikologis, juga menyebut bahwa mimpi mencerminkan interaksi antara jiwa manusia dan pengaruh luar (baik Ilahi maupun duniawi).
Beliau menekankan bahwa mimpi yang benar memiliki tanda-tanda yang meyakinkan, seperti ketenangan hati, kejelasan pesan, dan konsistensi dengan akal sehat dan syariat.

Namun, Ibnu Khaldun juga mengingatkan bahwa mimpi dapat dipengaruhi oleh kondisi mental atau emosional seseorang, bahkan dalam konteks istikharah. Maka mimpi tersebut bisa saja tercampur dengan bisikan syetan atau angan-angan diri.

Berikut Contoh kasus yang terjadi;

-Hasil istikharoh dari Ust Abu Fida dan dari mas tontowi, atas mimpi-mimpinya mas nanang kosim berbeda.

-Ditambahkan oleh ust tabu fida, ada fakta dalam mimpi Nanang kosim, diajari terbang dengan amalan tertentu. Ini dianggap melanggar syariat.

Contoh kasus lainnya;
Ada fakta tidurnya mas nanang kosim yang disaat tidur bersama dengan mas Ahmad, sepanjang tidurnya ada keanehan luar biasa. Ingat mimpi itu terjadi saat tidur.

-Pendapat Ketua GAZA; Mimpi Mas nanang kosim. Mungkin Sebagian mimpinya bukan dari Allahﷻ. Karena latar belakangnya pernah masuk aliran sesat (NII KW 9). Dan qadarullah kita sempat mendengarkan kesaksian mas nanang kosim di Majelis GAZA, sehingga kita bisa belajar bersama bahwa sangat tipis sekali kebenaran dengan kebatilan itu (halus/hampir sulit membedakan)

Kesimpulannya ;

Petunjuk mimpi hasil istikharah yang benar pada dasarnya datang dari Allahﷻ. Namun, jika hati seseorang tidak bersih atau terlalu dipengaruhi oleh pikiran/keinginan pribadi sebelumnya, atau jika ada gangguan syetan, mimpi tersebut bisa menjadi tidak valid sebagai petunjuk.

Oleh karena itu, penting untuk:
-Melakukan istikharah dengan niat ikhlas dan hati yang berserah diri. Diawali hati/pemikirannya netral terhadap permasalah tersebut, jika sebelum istikharah berpikir negative atau membela, maka hasilnya bisa dari syetan.
-Tidak terlalu bergantung pada mimpi, karena hasil istikharah juga dapat dirasakan dalam bentuk kemantapan hati atau kemudahan dalam menjalani pilihan tertentu.
-Memastikan bahwa petunjuk dari mimpi tidak bertentangan dengan syariat.
Wallahu a’lam.

3.Bagaimana memutuskan/ membedakan hasil takwil mimpi yang lebih tepat/mendekati kebenaran?

Jawaban ;

Menurut Ibnu Sirin dan Ibnu Khaldun, seorang penakwil mimpi harus memiliki keilmuan dan sifat tertentu agar mampu menakwilkan mimpi dengan benar sesuai kaidah Al-Qur’an dan Hadist. Berikut adalah syarat-syaratnya:

Menurut Ibnu Sirin ;

1. Berpegang pada Al-Qur’an dan Hadis

Penakwilan mimpi harus sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist. Penakwil harus memahami dasar-dasar agama agar tidak menyimpang dari kebenaran.

2. Memiliki Ilmu Agama yang Mendalam

Penakwil harus memahami tafsir Al-Qur’an, sunnah Nabi, dan hukum-hukum syariat agar dapat mengaitkan makna mimpi dengan dalil yang tepat.

3. Memahami Karakteristik Orang yang Bermimpi.

Penakwil harus mengetahui kondisi, latar belakang, dan sifat orang yang bermimpi karena mimpi bisa berbeda maknanya tergantung pada orang yang mengalaminya.

4. Berhati-Hati dan Tidak Sembarangan.

Penakwil harus menghindari menyampaikan takwil yang belum pasti atau menimbulkan keraguan, karena mimpi bisa memiliki banyak makna.

5. Berilmu tentang Bahasa Arab dan Simbolisme.

Pemahaman tentang bahasa Arab dan simbol-simbol yang digunakan dalam mimpi diperlukan untuk menangkap makna yang lebih dalam.

Menurut Ibnu Khaldun ;

1. Mahir dalam Ilmu Tafsir

Takwil mimpi sering kali memerlukan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang simbolis. Oleh karena itu, penakwil harus menguasai ilmu tafsir.

2. Ahli dalam Ilmu Fiqih dan Syariat

Pemahaman tentang hukum Islam diperlukan untuk memastikan takwil tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.

Baca Juga:  Menjawab Uzma Bagian 1 || Penggiringan Opini Ustadz Akhir Zaman

3. Pengalaman dalam Menakwil Mimpi

Pengalaman dan kebijaksanaan memainkan peran penting, karena takwil tidak hanya ilmu teoritis tetapi juga membutuhkan wawasan dan intuisi.

4. Mengenal Adat dan Tradisi

Menurut Ibnu Khaldun, mimpi sering dipengaruhi oleh budaya dan adat seseorang. Oleh karena itu, penakwil harus memahami konteks sosial orang yang bermimpi.

5. Tidak Terburu-Buru dalam Menyimpulkan

Penakwil harus bersikap sabar dan tidak tergesa-gesa dalam memberikan takwil, karena makna mimpi dapat berbeda tergantung pada situasi dan waktu.

Berikut tambahan berdasarkan pengalaman/fakta ;

-Lihat fakta yang sedang berjalan (bisa jadi fakta dari mimpi Tersebut sedang berjalan)
-Contoh kasus mengenai mas Erwin dari hasil takwil dari mas tontowi ;
“Kemungkinan Mas Erwin keluar dari Majelis GAZA karena dia bisa melihat hal/perbuatan/sikap atau apapun itu di Majelis GAZA, yang ternyata masih ada yang kurang benar. Seperti mengandung syirik/kebatilan. (mas Erwin keluar karena melihat ada tidak benar/kesyirikan/kebatilan di tanah uzlah)

Berikut Kesimpulannya ;

Baik menurut Ibnu Sirin maupun Ibnu Khaldun, penakwilan mimpi bukanlah tugas sembarangan. Dibutuhkan keilmuan yang mendalam, pemahaman terhadap simbolisme mimpi, serta kesesuaian dengan prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Hadist. Selain itu, sikap hati-hati, ketelitian, dan kebijaksanaan sangat penting untuk menghasilkan takwil yang benar dan bermanfaat.

4.Bagaimana dengan cara penakwilan mimpi melalui bantuan AI?

-Yang menakwilkan bukan AI, itu hanya system mempermudah dan mempercepat proses pengerjaan master plan. AI mengambil dara dari kitab-kitab/penulis/ litelatur yang ada di sosmed/google
-Setelah kita teliti, apakah hasil AI tersebut sesuai kitab nya? Ternyata 100% sama persis.
-Syarat AI nya yang berbayar, bukan yang gratisan.
-Hasil AI harus disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pemimpi.
-Hasil takwil dari ahli takwil, bisa jadi masih diperlukan sebagai pembanding, menguatkan dan lainnya.
-Persoalannya, dengan 100% data sama dengan kitabnya ibnu sirin atau ibnu Khaldun, maka tentunya Majelis Gaza harus lebih pecaya ibnu sirin atau Ibnu Khaldun, walaupun melalui bantuan AI. (AI HANYA MEMPERMUDAH, MEMPERCEPAT DAN KETELITIAN)

Menurut pandangan ulama dan kitab-kitab yang mengacu pada tradisi Tabi’in, Nabi Muhammadﷺ sering menyampaikan tokoh-tokoh akhir zaman menggunakan julukan atau sifat alih-alih menyebut nama langsung. Beberapa alasan yang disampaikan oleh para ulama terkait hal ini adalah sebagai berikut:

1. Makna Simbolis dan Universal

Julukan seperti Al-Mahdi (yang diberi petunjuk) atau Dajjal (penipu besar) memiliki makna yang luas dan simbolis. Hal ini memungkinkan deskripsi tokoh tersebut relevan dalam berbagai konteks dan zaman. Nama langsung mungkin akan terbatas pada satu individu tertentu, sementara sifat dan karakteristik membuka ruang interpretasi.

2. Memotivasi untuk Berfokus pada Ciri, Bukan Identitas

Nabi ingin umat lebih memperhatikan karakteristik dan tanda-tanda daripada sekedar nama. Ini penting untuk mencegah kebingungan atau pengakuan palsu.
Misalnya : orang-orang yang mengklaim diri sebagai Al-Mahdi atau mengidentifikasi seseorang sebagai Dajjal tanpa bukti sifat-sifat yang disebutkan.

3. Konteks Zamannya yang Belum Tiba

Banyak tokoh yang disebutkan Nabi berhubungan dengan peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Dengan menyampaikan melalui sifat atau julukan, Nabi memberikan ruang bagi umat untuk mengenali mereka dengan tepat ketika saatnya tiba, tanpa membatasi deskripsi pada individu tertentu di masa beliau.

4. Menghindari Fitnah dan Kebingungan di Masa Nabi

Jika Nabi menyebut menggunakan nama seseorang langsung, hal itu dapat menimbulkan kegaduhan, prasangka, atau fitnah terhadap individu tertentu. Terutama jika orang tersebut hidup di masa Nabi. Penggunaan julukan lebih bijaksana untuk menjaga harmoni sosial.

5. Keghaiban sebagai Ujian Iman

Peristiwa akhir zaman termasuk dalam hal-hal ghaib. Allahﷻ dan Rasul-Nya memberikan pengetahuan yang cukup bagi umat untuk mempersiapkan diri, tetapi tidak secara detail agar menjadi ujian iman. Dengan demikian, umat perlu menggunakan tanda-tanda dan petunjuk yang diberikan untuk memahami siapa tokoh-tokoh tersebut ketika saatnya tiba.

Diki Candra

Baca Juga

Uncategorized

Kunjungan PJMI ke Kampung Akhir Zaman Ciater Subang

Uncategorized

Indonesia Tempat Paling Aman Ketika Perang Dunia 3 Terjadi

Uncategorized

Indonesia ” Al Yaban” Titik Awal Kebangkitan Islam Dunia

Uncategorized

99 Fakta Muhammad Qasim adalah Al Mahdi Part 5

Uncategorized

Indonesia Terancam Gempa Buatan HARPP Lagi, Ini Tulisan Beberapa Netizen Tanah Air

Uncategorized

Diki Candra Siap Hadapi Tuntutan Advocat Murid Abah Aos

Fact

12 Tabir Mimpi Mengenai Masa Depan Muhammad Qasim dan Pakistan

Uncategorized

Pahala Pendukung Muhammad Qasim Calon Imam Mahdi