Translate :

Home / Uncategorized

Selasa, 22 Oktober 2024 - 17:28 WIB

Penyimpangan Aqidah Pengikut Ruqayah Sang Creator Rasul Palsu Osama Altaf (1)

aqidah ahlussunah adalah mereka yang mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi pedoman umat Islam. Seperti itulah Penyimpangan Aqidah Pengikut Ruqayah Sang Creator Rasul Palsu Osama Altaf.

Lantas penyimpangan-penyimpangan aqidah saat ini sangat memprihatinkan, semakin kedepan mereka menebar syubhat dan sangat tipis sekali syubhat itu hingga samar.

Maka Allah dan rasulnya telah memberikan petunjuk sebenar-benarnya petunjuk agar di waspadai dan di teliti.

Allah ta’ala melalui firman -Nya:

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا [ النساء: 115 ]

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. [an-Nisaa’/4: 115].

Sebelum kita membahas penyimpangan yang terjadi oleh ajaran sesat ruqhayya dengan rasul palsunya, maka sebagai umat Islam yang yakin terhadap akhir zaman haru sepakat mengikuti dalil yang ada di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan kita kembalikan semua permasalahan kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

Allah Shubhanahu wa ta’alla juga menyinggung hal tersebut dalam firman -Nya:

ثُمَّ جَعَلۡنَٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَٱتَّبِعۡهَا وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ [ الجاثية: 18 ]

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. [al-Jaatsiyah/45: 18].

Allah memberikan aturan atau batasan kepada hambanya agar di taati, peraturan atau batasan ini adalah tanda keselamatan agar hambanya tidak berbuat ghuluw atau berlebihan dalam beragama yang mengakibatkan akal sehatnya tidak terpakai dan menjaga dari aturan-aturan baru yang menyimpang.

Seperti yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dan al-Hakim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan: “Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَة نَبِيهِ » [أخرجه مسلم والحاكم]

“Sungguh telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang tidak akan menjadikan kalian tersesat selagi kalian berpegang teguh denganya yaitu al-Qur’an dan Sunah nabiNya“. HR Muslim no: 1218

“Apalagi yang engkau butuhkan wahai Ibnu Khatab?! Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan –Nya. Sungguh aku telah datang pada kalian dengan membawa perkara yang jelas terang benderang. Janganlah kalian bertanya pada mereka (ahli kitab) tentang sesuatu, yang bisa jadi mereka mengabarkan kebenaran lantas kalian mendustakannya, atau mengabarkan kebathilan lantas kalian membenarkannya. Demi Allah, kalau seandainya Musa hidup ditengah-tengah kalian, maka tidak ada pilihan lain baginya kecuali harus mengikutiku“. HR Ahmad 23/349 no: 15156. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam al-Irwa 6/34 no: 1589.

Jika sabdah yang di ucapkan rasulullah ini sudah final, apakah ada firman-firman Allah yang tidak tersampaikan atau Al-Qur’an belum sempurna sehingga harus mengikuti aturan-aturan baru ?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan: “Bagi setiap muslim untuk tidak bicara tentang permasalahan agama kecuali bila sesuai dengan apa yang di bawa oleh Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak mencoba untuk berbicara tanpa didasari dengan ilmu, namun, perhatikan apa yang beliau ucapkan, sehingga ucapannya bisa sejalan dengan apa yang beliau ucapkan, dan amalnya mengikuti perintahnya.

Perhatikan permasalah yang menjadikan syubhat dan penyimpangan aqidah, ya benar masalah mubasyirat, terkadang permasalah mubasyirat atau perkara mimpi kabar baik ini sangat tipis sekali menjerumuskan kepada seseorang dalam ke bhatilan, mereka tidak dapat melihat atau mengetahui maksud dari mubasyirat tersebut.

Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ

“Mimpi seorang mukmin adalah 1 dari 46 bagian kenabian.” (HR. Bukhari 6987, Muslim 6043 dan yang lainnya).

Hadis dari Abu Said al-Khudri, Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ

“Mimpi yang baik adalah 1 dari 46 bagian kenabian.” (HR. Bukhari 6989 & Muslim 6049)

Hadis dari Abu Said radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُؤْيَا الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ الصَّالِحِ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ

“Mimpi seorang muslim yang soleh adalah 1 dari 46 bagian kenabian.” (HR. Ibnu Majah 3895 dan dishahihkan al-Albani).

Kita bisa melihat dalam hadist tersebut menyebutkan mimpi seorang muslim yang Sholeh adalah 1 dari 46 bagian kenabian, lantas apakah seseorang yang bermimpi mendapatkan Wahyu dan bertemu rasulnya menandakan seseorang itu bagian dari nabi dan rasul?

Jika seseorang bermimpi mendapatkan Wahyu atau firman dan di dalam mimpi bertemu Allah, Allah mengatakan kamu adalah utusanku atau kamu adalah bagian keluarga nabi, atau dalam mimpi mengabarkan berita-berita tentang hari akhir, maka dalam perkara ini harus kita teliti dan kembalikan kepada pedoman kita dahulu Al-Qur’an dan Sunnah.

Jika kita langsung membenarkannya maka ini tidak sesuai dengan apa yang di ajarkan rasulnya, dan mendahului kehendak Allah, sebab hal yang ghaib hanya Allah azza wa jalla yang mengetahuinya, bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun tidak mengetahui hal yang ghaib kecuali dia mendapatkan Wahyu dari Allah, dan Wahyu tersebut terkhusus kepada utusannya nabi dan rasul, dan sudah terputus sesudah rasulullah shalallahu alaihi wassalam wafat.

Apa dalilnya ?

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدِ انْقَطَعَتْ فَلَا رَسُولَ بَعْدِي وَلَا نَبِيَّ قَالَ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ لَكِنِ الْمُبَشِّرَاتُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْمُبَشِّرَاتُ قَالَ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ وَهِيَ جُزْءٌ مِنْ أَجْزَاءِ النُّبُوَّةِ

Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus, maka tidak ada Rasul dan tidak ada nabi setelah aku. Maka hal itu terasa berat bagi para sahabat. Lalu beliau bersabda: “Kecuali al-mubasysyirat (perkara-perkara yang memberikan berita gembira). Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah al-mubasysyirat itu?”, beliau menjawab: “Mimpi seorang muslim, hal itu satu bagian dari bagian-bagian kenabian”. [HR. Ahmad III/267; Tirmidzi no: 2272, dan Al-Hakim, dari Anas bin Malik. Dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Irwaul Ghalil no:2473 dan Shahih Al-Jami’ush Shaghir no:1631]

Baca Juga:  Penyimpangan Aqidah Pengikut Ruqayah Sang Creator Rasul Palsu Osama Altaf (2)

Rasulullah mengatakan tidak ada nabi dan rasul setelah beliau, dan ini menegaskan tidak akan ada lagi Wahyu yang turun setelahnya, lalu apakah mubasyirat ini sama dengan seseorang menjadi nabi atau rasul karena ada kata-kata yang tertera mimpi orang Sholeh adalah sebagian dari bagian-bagian kenabian ?

Jika kita teliti rasulullah sudah tegas mengatakan bahwa tidak akan ada lagi nabi dan rasul setelahnya, namun mimpi-mimpi yang baik bukan berarti mereka adalah bagian dari nabi dan rasul.

Untuk menjelaskan mengenai terputusnya Wahyu dan mubasyirat adalah petunjuk atau mimpi baik bagi umatnya maka Wahyu yang di dapatkan kepada selain nabi adalah Ilham, jadi bukan Wahyu seperti yang di dapat oleh nabi dan rasulnya yang Maksum, ketika manusia di berikan mubasyirat atau petunjuk maka ini tidak Maksum, sebab manusia yang bukan nabi dan rasul yang di tunjuk Allah azza wa jalla setelah wafatnya Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam maka petunjuk mubasyirat itu adalah Ilham yang tidak Maksum karena derajat manusia biasa berbeda dengan nabi dan rasulnya.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullh berkata: “Nabi Allah adalah orang yang diberi berita oleh Allah. Maka apa saja yang Allah beritakan itu adalah haq (benar dan bermanfa’at), sidhq (benar, sesuai dengan kenyataan), tidak ada kedustaan, atau kekeliruan, atau sengaja (dusta)”.

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا

Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu (maksudnya: ilham atau yang semaknanya) [Asy-Syuura/42 : 51]

Perkataan wahyu pada ayat ini mencakup wahyu (kepada) para nabi dan kepada selain nabi, seperti muhaddats, orang yang mendapatkan ilham. Sebagaimana tersebut di dalam Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Muslim) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

قَدْ كَانَ فِي الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ مُحَدَّثُوْنَ فَإِنْ يَكُنْ فِي أُمَّتِي أَحَدٌ فَعُمَرُ مِنْهُمْ

Sesungguhnya pada umat-umat dahulu sebelum kamu ada muhaddatsun (orang-orang yang diberi pembicaraan oleh Allah, padahal mereka bukan nabi), jika ada seseorang di kalangan umatku, maka Umar termasuk mereka.

Ubadah bin Ash-Shamit berkata: “Mimpi seorang mukmin merupakan perkataan Allah yang Dia berkata-kata dengannya (mimpi tersebut) kepada hamba-Nya di dalam tidurnya”.

Maka mereka itu, yaitu muhaddatsun (orang-orang yang diberi pembicaraan oleh Allah), orang-orang yang mendapatkan ilham, orang-orang yang mendapatkan pembicaraan Allah, Allah memberikan wahyu kepada mereka dengan pembicaraan tersebut, yang hal itu merupakan perkataan, dan ilham. Mereka itu bukanlah nabi, mereka tidaklah maksum (terbebas dari kesalahan), dan mereka tidaklah selalu benar di dalam setiap yang mereka dapatkan.

Karena sesungguhnya syaithan dapat memberikan bisikan kepada mereka dengan perkara-perkara yang bukan merupakan wahyu Allah, tetapi dari wahyu (bisikan) syaithan. Dan untuk membedakan hal itu hanyalah dengan apa yang dibawa oleh para nabi. Karena sesungguhnya para nabi itu dapat membedakan antara wahyu Allah dengan wahyu (bisikan) syaithan. Karena syaithan merupakan musuh mereka, dan syaithan memberikan wahyu (bisikan) yang berbeda dengan wahyu (Allah) yang diterima para nabi. Allah Ta’ala berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَافَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَايَفْتَرُونَ

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka memberikan wahyu (membisikkan) kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan. [Asy-Syu’araa/26 : 112]

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَآئِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ

Sesungguhnya syaitan itu memberikan wahyu (membisikkan) kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. [Al-An’aam/6 : 121]

Ringkasnya bahwa wahyu menurut istilah agama adalah: pemberitahuan secara rahasia (bisikan) dari Allah kepada nabiNya, yang berupa syara’ (agama; peraturan; sesuatu yang harus diyakini beritanya dan ditaati perntahnya serta dijauhi larangannya), yang pasti kebenarannya.

Wahyu ini khusus diberikan oleh Allah kepada nabiNya, dan dengan wafatnya nabi dan rasul terakhir, nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka terputuslah berita dari langit tersebut.

Dan mari kita kupas dan paparkan dengan dalil-dalil yang shahih.

1. Aliran sesat yang mengaku pengikut ruqayyah mengatakan, bahwa masih ada Kalamullah yang belum di jelaskan atau di beberkan, maka lewat mimpinya ruqayyah atau qalbunya ia mendapatkan Wahyu serta Kalamullah yang belum terungkap, Allah sendiri yang mengatakan kepada ruqayyah dan menisbatkan ci susilawati sebagai putri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

Bantahan :
Jelas ini kesesatan yang nyata yang datangnya dari syetan, yang membuat tipu daya kepada manusia, yang mengatas namakan ketaatan kepada sang pencipta, dan dia mendustakan ayat-ayat Allah azza wa jalla, mengingkari perkataan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

Kalamullah adalah firman Allah azza wa jalla, yang mana Allah azza wa jalla berfirman :

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah [5]: 3).

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

“Barang siapa yang tidak memutuskan perkara berdasarkan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS. Al-Ma’idah: 44).

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

“Barang siapa tidak memutuskan perkara berdasarkan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Ma’idah: 45).

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Barang siapa tidak memutuskan perkara berdasarkan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Ma’idah: 47).

Baca Juga:  Kemenangan Kian Dekat? Mimpi MQ Bakal Diperkenalkan Di Markas Dewan Dakwah Yang Dikenal Strategis Dan Barometer Pergerakan Dakwah

Dalam firman Allah azza wa jalla di atas jelas, apapun perkaranya maka umat Islam harus mengambil hukum dengan ketentuan Allah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, maka kesimpulan disini tidak ada Kalamullah atau Wahyu atau firman lagi yang datang, sebab Al-Qur’an dan Sunnah sudah final, Allah memberikan aturan hukum kepada manusia bukan berarti Allah tidak mempunyai kehendak, dalam setiap hukum ada batasan-batasan apa yang harus di kerjakan atau apa yang harus di ikuti, agar mendapatkan keseimbangan dan tidak berlebihan dalam beragama yang mana ini menjadi timbul kesesatan dan kekufuran kepada firman Allah dan rasulnya.

Semua sudah ada ketentuan-ketentuan yang tertera di dalam ajaran dienullah agar manusia menaati perintah Allah azza wa jalla dan rasulnya.

Dengan mereka membuat aturan baru atau firman baru yang tidak tertera di dalam Al-Qur’an maka sama saja dia telah menandingi dan menolak perintah Allah dan rasulnya, mereka telah membuat hukum selain hukum Allah dan rasulnya.

Abu ‘Ali berkata, “Sesungguhnya orang yang mencari hukum selain hukum Allah, karena dia tidak rida dengan hukum Allah, maka dia kafir. Inilah keadaan kaum Yahudi” (Lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, 7: 494).

Ketika seseorang memberikan dalil kepada seseorang dan mereka tidak mau mengikutinya dan cenderung lebih mempercayai mimpi atau Wahyu atau firman selain yang rasulullah shalallahu alaihi wassalam berikan maka mereka telah mengambil hukum selain hukum Allah dan mereka mempercayai bahwa adanya firman atau Wahyu yang harus di ikuti selain Al-Qur’an dan Sunnah maka ini sudah jelas kekafirannya.

Mereka menganggap dirinya mengikuti aturan atau percaya dengan Al-Qur’an dan Sunnah, namun disisi lain mereka mengatakan ada Kalamullah selain Al-Qur’an dan Sunnah maka ini kesesatan yang jelas dan nyata.

Tidak di benarkan bahkan pemahaman ini ciri-ciri dari pemahaman kaum khawarij dan munafikun yang mengatakan mereka taat atas ketentuan Allah namun mereka sebenarnya menyimpang dengan mengedepankan hawa nafsu mengambil hukum atau firman atau wahyu selain dari Al-Qur’an dan Sunnah.

Lantas bagai mana bisa seseorang yang bukan garis keturunan dari sang nabi rasulullah shalallahu alaihi wassalam bisa di nisbatkan keturunan nabi, atau anak nabi yang sudah wafat kepada seseorang hanya lewat mimpi, dan mereka percaya, yakin bahwa itu adalah nama dan sebutan kepada orang itu agar di panggil sebagai keturunan nabi atau anak nabi, maka ini tidak sejalan dengan Al-Qur’an dan Sunnah bahkan menyimpang dan sesat.

Lalu bagai mana perbedaan mimpi yang datangnya dari Allah azza wa jalla :

– pertama seseorang akan di mimpikan berita baik.
– jika mimpi tersebut mengenai akhir zaman maka akan sesuai dan selaras dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
– mimpi yang benar dari Allah bersifat peringatan dan kabar gembira.
– mimpi yang datangnya dari Allah adalah orang yang baik dalam menjalankan agamanya dan Sholeh, jauh dari maksiat atau kekufuran.

Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ

“Mimpi seorang mukmin adalah 1 dari 46 bagian kenabian.” (HR. Bukhari 6987, Muslim 6043 dan yang lainnya).

Hadis dari Abu Said radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُؤْيَا الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ الصَّالِحِ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ

“Mimpi seorang muslim yang soleh adalah 1 dari 46 bagian kenabian.” (HR. Ibnu Majah 3895 dan dishahihkan al-Albani).

Keterangan :

Dalam hadist di atas mengenai mimpi dan syaratnya maka kita ketahui mimpi yang dapat di percaya adalah mimpi orang mukmin, mimpi orang Sholeh, kesolehan bukan di lihat dari penampilannya, tetapi mereka yang menjaga dirinya dari perbuatan yang dilarang, mengindari kekufuran, menghindari maksiat, menghindari ikhtilat, jujur/tsiqoh, menjaga Marwah sebagai umat Islam, menjaga aurat, tidak berselfie-selfie atau menampakan dirinya kepada publik, dll.

Namun adapula Wahyu yang diturunkan dari syetan sebagai mana firman Allah azza wa jalla.

Surat al-An’am ayat 112 menyatakan:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

Artinya: Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

Perbedaan mimpi dari syetan adalah :

– mimpi yang buruk.
– mimpi yang indah dan baik sifatnya menjerumuskan kepada kesesatan.
– mimpi yang mengatakan dirinya seorang nabi atau rasul.
– mimpi yang mengatakan dia adalah utusan.
– mimpi mendapatkan Wahyu atau firman atau perintah yang sifatnya tidak mengikuti syariat Islam atau jauh dari perintah Al-Qur’an dan Sunnah, sehingga mereka meninggalkan Al-Qur’an dan Sunnah.

Firman-nya adalah :

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. [Al-A’râf/7:16-17]

Tipu daya iblis itu berbagai macam, mereka akan menyesatkan manusia dari berbagai keadaan, contoh nya :

1. Menggoda manusia berbuat kemaksiatan.
2. Menggoda manusia dari keuangan.
3. Menggoda manusia dari popularitas.
4. Menggoda manusia dari segi keilmuan.
5. Menggoda manusia dari alam bawah sadar seperti mimpi.
6. Bahkan iblis dapat menyamar menjadi orang Sholeh, cahaya, dan mengaku dirinya tuhan dan rasul.

Berbagai macam cara tipu daya mereka untuk menyesatkan umat Islam, maka Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menyarankan dan menjadi solusi agar setiap perkara di kembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah, sehingga dapat melihat antara Haq dan bhatil.

Penulis : (Abu Darda)

(Bersambung)

Baca Juga

Uncategorized

Dimasa Al Mahdi Berkuasa 7 Tahun Dajjal Terus Mencari Pengikutnya

Uncategorized

Allahﷻ Tunjukkan Kebenaran Gaza Berada di Jalan yang Lurus

Uncategorized

Kesaksian Beberapa Helper Memimpikan Diki Candra Adalah Seorang Bani Tamim

Uncategorized

BMKG Ingatkan Mayoritas Wilayah di Indonesia Berpotensi Hujan Lebat

Fact

Syirik Zaman Modern EMOJI

Uncategorized

Melihat Ini, Kita Jadi Tahu Siapa Putra Bani Tamim Itu

Uncategorized

Tokoh Agama Salah Satu Penyebab Turunnya Azab Allahﷻ

Uncategorized

999 Dari 1000 Anak Cucu Adam adalah Ahli Neraka