Di riwayatkan dalam sebuah hadits akan ada sekelompok yang terasing di akhir zaman sebagaimana pertama kali Islam di turunkan.Di akhir zaman Islam juga demikian.Namun kelompok itulah yang akan mendapat keselamatan karena berpegang teguh pada Sunnah.
Mereka adalah Kelompok Ghuroba yaitu orang asing yang beruntung di ujung akhir zaman.
Dari Abu Hurairah Nabi Muhammadﷺ bersabda;
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing”(HR.Muslim no.145).
Islam kembali asing setiap kali Nabi akan muncul.Dan itu terus berulang ulang terjadi. Agama Islam itu melenceng dari yang di sampaikan para Nabi. Padahal ajaran Nabi yang paling mendasar adalah masalah tauhid dan menghindari berbagai perilaku musyrik dan syirik. Islam yang kafah adalah Islam yang terbaik, memegang erat ajaran tauhid. menjalankan kewajiba-kewajiban sesuai syariat yang di ajarkan.
Al-Qadhi’ Iyadh menyebutkan makna hadist sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi;
“Islam dimulai dari segelintir orang dari sedikitnya manusia. Lalu Islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan surut. Sampai Islam berada di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikitnya manusia pula sebagaimana awalnya” (Syarh Shahih Muslim, 2: 143).
Sebagaimana kata Syaikh As Sindi dalam hasyiyah-nya terhadap kitab Sunan Ibnu Majah, disebut “Gharib” jika pengikutnya sedikit.
Dan maksud asal dari kata “Gharib” adalah jauh dari negeri. Syaikh As Sindi berkesimpulan, ini menunjukkan bahwa memperjuangkan dan menjalankan ajaran Islam memang butuh keterasingan dari negerinya sendiri. Ini sesuai dengan hadist-hadist tentang uzlah dan juga kumpulan mimpi-mimpi Muhammad Qasim.
“Sebaik-baik manusia ketika berhadapan dengan fitnah adalah orang yang memegang tali kekang kudanya menghadapi musuh-musuh Allah. Ia menakuti-nakuti mereka, dan merekapun menakut-nakutinya. Atau seseorang yang mengasingkan diri ke lereng-lereng gunung(uzlah), demi menunaikan apa yang yang menjadi hak Allah”. (HR. Al Hakim 4/446 dishahihkan Al Albani dalam silsilah Ash Shahihah 2/311).
Seseorang bertanya kepada Nabi: “Siapakah manusia yang paling utama wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Orang yang berjihad dengan jiwanya dan hartanya di jalan
Allah”. Lelaki tadi bertanya lagi: “Lalu siapa?” Nabi menjawab: “Lalu orang yang mengasiingkan diri di lembah-lembah demi untuk menyembah Rabb-nya dan menjauhkan diri dari kebobrokan masyarakat (uzlah)” (HR.Al Bukhari 7087, Muslim 143).
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS. Al- An’am, 116).
Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh, dibawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram: “Jika seumpama kamu (Rasulullah SAW) mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari agama Allah. Karena sunnatullah yang berlaku menunjukkan bahwa kebenaran selalu minoritas”.
Tafsir As-Sa’di/Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H:
Allahﷻ memperingatkan Nabi-Nya agar tidar menuruti mayoritas Manusia. Karena kebanyakan manusia telah menyimpang dalam agama, amal, dan ilmu-Nya, sesuai dengan firman di berikut;
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah”.
Dari Abu Hurairah–radiyallahu ‘anhu-, ia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada yang tersisa dari kenabian selain Al Mubasy-syirat”. Para sahabat bertanya, “Apa Al-Mubasy-syirat itu?” Beliau bersabda, “Mimpi yang baik”. Hadist Shahih–Diriwayatkan oleh Bukhari