Kehidupan Laksana Bahtera

Manusia takkan pernah terlepas dari kedua perbuatan yang berlawanan, entah itu perbuatan baik ataupun buruk, entah itu kemashlahatan ataupun kerusakan, juga entah itu kebenaran ataupun kesalahan, dan lain sebagainya. Dan hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat di hindari ataupun di pungkiri oleh manusia itu sendiri dalam menjalani kehidupan.

Sesungguhnya dalam menjalani kehidupan di dunia ini, bukan persoalan seberapa banyak keinginan dapat tercapai ataupun kepuasan dapat terpenuhi. Akan tetapi mengenai persoalan seberapa konsistennya seseorang terhadap agama, serta seberapa kuatnya seseorang terhadap ketaatan kepada Allahﷻ dalam menjalankan perintahnya dan seberapa taatnya ia dalam menjauhi segala hal yang di larang Allahﷻ. Sebab, setiap perbuatan yang di lakukan manusia dalam menjalani kehidupannya, baik berupa ketaatan ataupun kemaksiatan, tentu akan memiliki konsekuensi dari masing masing tiap perbuatan serta pilihan tersebut.

Konsekuensi yang akan di raih, tidak hanya sebatas kelak di akhirat saja. Tetapi adakalanya di duniapun akan ia dapatkan secara langsung, entah itu berupa kebaikan ataupun keburukan, entah itu berupa ketaatan ataupun kemaksiatan dan lain sebagainya. Kebaikan yang ditanam akan berbuah kebaikan pula, begitupun sebaliknya apabila keburukan yang di tanam, maka buah dari keburukan tersebut tentu akan segera di tuai.

Mengarungi kehidupan di dunia, sesungguhnya seperti sebuah kapal yang sedang berlayar.
Sedangkan kita yang menjalaninya ibarat para penumpang kapal tersebut. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammadﷺ:

ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟﻘَﺎﺋِﻢ ﻓِﻲْ ﺣُﺪُﻭﺩِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻮَﺍﻗِﻊِ ﻓِﻴْﻬَﺎ، ﻛَﻤَﺜَﻞِ ﻗَﻮْﻡٍ ﺍِﺳْﺘَﻬَﻤُﻮْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻔِﻴﻨَﺔٍ، ﻓَﺄَﺻَﺎﺏَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﻋْﻠَﺎﻫَﺎ، ﻭَﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﺳْﻔﻠَﻬَﺎ، ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻓِﻲْ ﺃَﺳْﻔَﻠَﻬَﺎ ﺇﺫﺍ ﺍﺳﺘَﻘَﻮْﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻣَﺮُّﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﻣَﻦْ ﻓَﻮﻗَﻬﻢْ، ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ: ﻟﻮ ﺃﻧﺎ ﺧَﺮَﻗْﻨﺎ ﻓﻲ ﻧَﺼِﻴﺒِﻨَﺎ ﺧَﺮﻗﺎ ﻭﻟَﻢْ ﻧُﺆﺫِ ﻣَﻦْ ﻓَﻮﻗَﻨﺎ؟ ﻓﺈﻥ ﺗَﺮَﻛُﻮﻫُﻢْ ﻭﻣﺎ ﺃَﺭَﺍﺩﻭﺍ ﻫَﻠَﻜﻮﺍ ﻭﻫﻠﻜﻮﺍ ﺟَﻤﻴﻌﺎ، ﻭﺇﻥْ ﺃﺧﺬُﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻳﺪﻳِﻬِﻢْ ﻧَﺠَﻮْﺍ ﻭﻧَﺠَﻮْﺍ ﺟَﻤﻴﻌﺎ

“Perumpamaan orang-orang yang melanggar larangan-larangan Allahﷻ dan orang-orang yang menaatinya adalah ibarat satu kaum yang bersama-sama naik ke sebuah bahtera (kapal). Sebagian mereka berada di atas dan sebagian lagi berada dibawah. Bila orang-orang yang berada di bagian bawah ingin mengambil air, maka mereka harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Lalu orang-orang yang berada di bagian bawah mengatakan,”Kita lubangi saja lambung kapal ini agar kita memperoleh air tanpa harus menyusahkan orang-orang yang di atas kita”. Jika mereka dibiarkan melakukan niat mereka, maka semua orang yang berada di kapal tersebut pasti celaka. Tetapi jika mereka dicegah, maka orang-orang itu bisa selamat dan selamat pula seluruh penumpang bahtera itu!”.[HR.Bukhori dan Tirmidzi]

Manusia yang berbuat kerusakan dan kesalahan serta kemaksiatan di dunia, laksana para penumpang kapal yang hendak mengambil minum dengan cara melubangi lambung kapal, dampak kerusakan dan kecelakaan yang ditimbulkan, tidak hanya di rasakan dan dialami oleh mereka saja, tapi seluruh penumpang kapal akan ikut merasakan dan ikut tenggelam disebabkan ulah mereka yang merusak lambung kapal tersebut.
Tentu saja kerusakan tersebut akan terjadi apabila para penumpang kapal yang berada di atas tidak mencegah dan melarang perbuatan mereka.

Syirik Dzalim Terbesar

Syirik merupakan kedzaliman terbesar diantara kedzaliman kedzaliman lainnya, Allah swt berfirman:

ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟُﻘْﻤَﺎﻥُ ﻟِﺎﺑْﻨِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﻌِﻈُﻪُ ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﻟَﺎ ﺗُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙَ ﻟَﻈُﻠْﻢٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allahﷻ, sesungguhnya mempersekutukan (Allahﷻ) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. [QS. Luqman: 13]

Maksud dari kedzaliman yang besar adalah kedzaliman yang paling dzalim atau rajanya kedzaliman yaitu syirik. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:

ﺃﻱ : ﻫﻮ ﺃﻋﻈﻢ ﺍﻟﻈﻠﻢ

“Yaitu (syirik adalah) kezaliman yang paling besar.” [Tafsir Ibnu Katsir].

Membunuh tanpa sebab, berzina, durhaka kepada orang tua, menindas dan menipu rakyat, ataupun lain sebagainya, merupakan dosa besar dan bentuk kedzaliman, namun dosa syirik atau menyekutukan Allahﷻ jauh lebih besar dan dzalim, sebab perbuatan syirik merupakan puncaknya kedzaliman.

Perbuatan syirik modern, merupakan kerusakan besar yang apabila dibiarkan, di khawatirkan akan turunnya murka Allahﷻ. Sedangkan ketika murka Allahﷻ telah turun, tidak hanya sekedar menimpa para pelaku syirik saja, akan tetapi orang berimanpun termasuk di dalamnya yang terkena dampak. Untuk itu, sudah sepantasnya bagi orang-orang yang beriman dan telah dapat meninggalkan perbuatan syirik untuk senantiasa menyeru dan berusaha mencegah, serta mengajak orang-orang untuk sesegera mungkin meninggalkan prilaku syirik modern.
sebagaimana yang di serukan oleh Muhammad qasim. Sebab, Syirik selain menjadi penyebab terputusnya seorang hamba dengan sang pencipta, sekaligus sebagai penghalang datangnya pertolongan Allah swt untuk kebangkitan umat islam hari ini.

Oleh karena itu, jadilah para penumpang kapal yang senantiasa mencegah dan menyeru kepada para penumpang yang berbuat kerusakan dengan prilaku syirik modern, Supaya bahtera(kapal) yang sedang berlayar tidak tenggelam ataupun karam di tengah perjalanan.

Penulis : Hanafi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Enjoy this blog? Please spread the word :)

Scroll to Top