- 1. Siapakah Imam Mahdi itu?
Pada saat ini di dunia telah banyak terjadi perubahan yang signifikan, sadarkah kita bahwa perubahan-perubahan itu telah terjadi secara berproses dari tahun 2014. Banyak peristiwa-peristiwa dan bencana alam yang telah terjadi di dunia sejak tahun 2014 tersebut seperti : mulai nya permasalahan ISIS di timur tengah yang membuat rantai perperangan yang tidak pernah putus di timur tengah hingga hari ini, AS yang mulai ikut campur di timur tengah ( https://www.suara.com/news/2014/12/29/111711/5-peristiwa-penting-dan-heboh-di-dunia-tahun-2014).
Sedangkan di Indonesia sejak tahun 2014 sadarkah atau kita ,kita mulai semakin ditimpa berbagai bencana alam ,seperti banjir bandang sulut di tahun 2014, meletusnya gunung Kelud dan Sinabung, meletusnya gunung sangeang, meletusnya gunung bima, banjir dan longsor di jawa barat, banjir Aceh, dan lain lain (lhttps://www.liputan6.com/amp/2152742/8-bencana-alam-terdahsyat-di-indonesia-sepanjang-2014). Hal ini membuat rantai bencana alam yang tidak putus Kita alami sejak tahun 2014. Kita tidak boleh lagi menutup mata akan hal itu karena sejak tahun 2014 Allah SWT telah mengutus seseorang hamba untuk mengabarkan tentang peringatan dan kabar gembira ditengah-tengah umat manusia.
Siapakah dia?
Dia adalah Muhammad Qassim bin Abdul Karim. Beliau adalah orang yang dianugerahi mimpi bertemu dengan Allah SWT dari balik tabir dan bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. Mimpi- mimpi yang diperoleh oleh Muhammad Qassim, bila kita lebih mempelajari lebih detail, mimpi-mimpi ilahi beliau tidak ada yg bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadist.
Di dalam suatu mimpi ilahi-ah Muhammad Qassim bulan April 2014 untuk pertama kalinya Allah SWT berkata kepada Muhammad Qassim “Qasim, aku ingin engkau sampaikan pada seluruh dunia tentang mimpi-mimpimu dan aku ingin semua orang mengetahui siapa dirimu”.
Dalam hal ini Allah SWT mengisyaratkan bahwa sejak tahun 2014 Muhammad Qassim telah diutus untuk memberi peringatan dan kabar gembiranya di tengah umat , sekedar informasi bahwa Muhammad Qassim bin Abdul Karim lahir pada tahun 1976. Maka pada tahun 2014 usia Muhammad berada pada rentang usia 38-39 tahun. Sesuai dengan hadist Rasulullah Saw yaitu:
حدثنا عبد الله بن مروان عن الهيثم بن عبد الرحمن عمن حدثه عن علي بن أبي طالب قال: يبعث وهو ما بين الثلاثين والأربعين.
“Abdullah bin Marwan menceritakan dari al-Haistam bin Abdurrahman dari orang yang menceritakan kepadanya dari Ali bin Abi Thalib berkata: Dia (al-Mahdi diutus antara (umur) 30 sampai 40 tahun.”
Oleh sebab itu jika kita pikirkan lebih dalam tepatlah bila sejak saat itu terjadi perubahan geopolitik, kondisi alam,iklim, dan kondisi sosial masyarakat di dunia dan semakin memburuk setiap tahunnya, seperti yang bisa kita rasakan saat ini di tahun 2024.
Hal ini sudah disebutkan oleh Allah dan Rasulullah Saw di dalam hadist berikut ini:
شِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad)
Tanda Kiamat berupa diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat sebagai ”Tanda Penghubung” antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat. Artinya, kedatangan Imam Mahdi tidak termasuk tanda-tanda kecil Kiamat namun tidak juga digolongkan ke dalam tanda-tanda besar Kiamat. Kedatangan Imam Mahdi mengindikasikan telah tuntas munculnya tanda-tanda kecil Kiamat yang sangat banyak dan sebagian besar datang terlebih dahulu. Dan pada saat yang sama kedatangan Imam Mahdi menandakan sudah dekatnya akan munculnya tanda-tanda besar Kiamat yang datang belakangan dan berjumlah sepuluh.
Saat ini di tahun 2024 bencana alam semakin masif dan rutin, gempa semakin sering. Bagi orang yang sadar, fenomena ini membuat mereka semakin tunduk dan berusaha semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tetapi orang-orang tersebut akan terasing ditengah umat manusia yang penuh kezaliman (Al ghuraba)
2. Lalu siapakah Al ghuraba itu?
Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
Dari ‘Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing. Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, lalu beliau menjawab, “(Ghuroba atau orang yang terasing adalah) mereka yang memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho’if. Namun ada hadits semisal itu riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa’ad bin Abi Waqqosh .
Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
Dari ‘Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing. Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, lalu beliau menjawab, “(Ghuroba atau orang yang terasing adalah) mereka yang memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho’if. Namun ada hadits semisal itu riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa’ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ
Beruntunglah orang-orang yang terasing. Lalu siapa orang yang terasing wahai Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya” (HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan lighoirihi, kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Menurut halaman https://menara.baznas.go.id/postingan/-siapakah-yang-terasing-dari-umat-islam-yang-banyak—20230519055759-M367230005042023759 contoh orang Al ghuraba yaitu orang yang ingin jujur dan tidak korupsi akan terasa asing di tengah-tengah rekan kerjanya sendiri. Padahal anti korupsi sudah diajarkan dari sifat amanah yang diajarkan oleh Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
الْخَازِنُ الْمُسْلِمُ الأَمِينُ الَّذِى يُنْفِذُ – وَرُبَّمَا قَالَ يُعْطِى – مَا أُمِرَ بِهِ كَامِلاً مُوَفَّرًا طَيِّبٌ بِهِ نَفْسُهُ ، فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِى أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أَحَدُ الْمُتَصَدِّقَيْنِ
Bendahara muslim yang diberi amanat ketika memberi sesuai yang diperintahkan untuknya secara sempurna dan berniat baik, lalu ia menyerahkan harta tersebut pada orang yang ia ditunjuk menyerahkannya, maka keduanya (pemilik harta dan bendahara yang amanat tadi) termasuk dalam orang yang bersedekah.” (HR. Bukhari no. 1438 dan Muslim no. 1023).
Pedagang yang ingin menempuh cara yang halal dan tidak berbuat curang akan terasa asing di tengah-tengah pedagang lainnya. Padahal Islam menuntut kita mencari rezeki dengan cara yang halal dan jujur tanpa berbuat curang karena itulah yang mendatangkan berkah sebagaimana disebutkan dalam hadits,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا – أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.” (HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)
Orang yang ingin rutin shalat ketika safar, juga akan terasa asing di kalangan orang-orang yang tidak shalat. Padahal saat safar (bepergian jauh), kita dituntut untuk tetap melaksanakan shalat. Ibnu Umar berkata,
وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُسَبِّحُ عَلَى الرَّاحِلَةِ قِبَلَ أَىِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ ، وَيُوتِرُ عَلَيْهَا ، غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يُصَلِّى عَلَيْهَا الْمَكْتُوبَةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat sunnah di atas kendaraannya menghadap arah kendaraan berjalan, lalu beliau sempat melakukan witir di atas. Namun beliau tidak melakukan shalat wajib di atas kendaraan” (HR. Bukhari no. 1098 dan Muslim no. 700)
Orang yang ingin meninggalkan tradisi yang menyalahi Islam dan ingin mengikuti ajaran yang sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan terasa asing. Orang yang ingin menjauhi budaya syirik pun sama halnya akan terasing. Alasan orang musyrik selalu dengan alasan ini sudah jadi tradisi. Dalam ayat disebutkan,
إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (QS. Az Zukhruf: 22). Namun tidak semua tradisi ditinggalkan, hanya tradisi yang menyelisihi ajaran Islam saja.
Sama halnya dengan orang yang ingin konsekuen dengan ajaran Nabi, kian terasing dan dia akan memikul cobaan yang berat dan berbagai cemoohan. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Orang orang asing ini lah yang akan menjadi pengikut imam Mahdi (Muhamad Qassim) kelak. Mereka adalah Komunitas muslim yang mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia yang sudah rusak sehingga fokus untuk melaksanakan hak Allah SWT. Komunitas ini akan membersihkan diri dari hal-hal yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Dimanakah kita menemukan Al ghuraba ini?
insyaallah kita bisa menemukannya di bukit lebah yaitu majelis Gaza.
Majelis Gaza sedang konsentrasi untuk membangun daerah bebas syirik dan bebas dari hukum berasal tidak dari hukum Islam. Hal itu tidak mudah karena saat ini di setiap lini kehidupan manusia dipenuhi oleh sistem Dajjal sehingga membuat mereka diasingkan oleh lingkungan sekitarnya. Wallahualam bishowab
Penulis: Fatria Hanifa