Perjalanan dari Islamabad-Lahore, maupun Lahore-Islamabad, sepanjang jalan dan sepanjang mata memandang (selama hampir 5 jam perjanan/ ratusan KM), merupakan hamparan tanah setengah tandus. Tidak subur seperti di negara2 asia tenggara.
Maka sangat wajar, kehidupan di Pakistan lebih sulit dari pada di negara2 Asia Tenggara. Karena pilihan bertani & berternak tidak mudah juga. Makanya angkatan tua disini masih mendosminasi menjadi sopir bajaj/ ojeg yang bisa ber 6/ pengemudi online. Kita jarang melihat ada yang muda2. Apalagi hampir belum pernah melihat wanita2 yang menjadi pekerja di sektor retail. Termasuk pramugari/ pramugara di Pesawat terbang Pakistan Air (PAI), usia2nya rata2 menuju 1/2 abad.
Saat sudah keluar dari Kota Lahore menuju Islamabad, sepanjang jalan tidak ada jaringan internet.
Jika kita perbandingkan perjalanan dari Jakarta-Bandung, sepanjang perjalanan mayoritas selalu ada jaringan internet nya.
Itulah gambaran bagi rekan2 situasi perjalanan di Pakistan. Agar kita bisa membayangkan perbandingan saat ini dan saat Allah takdirkan Sayyid Qasim (yang pemalu dan saat ini kurang percaya diri), sudah jadi pemimpin Paskistan.
Bahkan berbeda dengan bayangan kita sebelumnya, yang terbayang oleh kita, makanan mereka sehari2 adalah daging. Ternyata disini makan sehari2 lebih dominan dari bahan roti & lauknya kacang2an.
Dari bahan daging sapi/ kambing, jarang disajikan di tempat2 makan, karena dianggap mahal, kecuali bahan untuk burger, hal itu lebih dominan dari bahan ayam.
Ini sekali lagi membuktikan kebenaran mimpi Sayyid Qasim, karena Sayyid Qasim belum tau banyak kondisi negara lainnya. Kurang tertarik berita dunia. Dimana dalam mimpinya Pakistan itu negara sulit, bagaimana mungkin bisa dengan cepat menjadi negara subur/ maju/ makmur?.
Silahkan renungkan bagaimana Sayyid Qasim tau bahwa negaranya dibawah rata2, sementara dia tidak terlalu banyak tertarik menyimak keadaan negara lain. *saya pribadi pun, yang relatif sangat suka membaca tentang kondisi negara lain, tetap saja salah menduga tentang Pakistan*. Saya tadinya berpikir Pakistan tidak tertinggal seperti dalam bayangan saya saat ini. Melihat Pakistan itu seperti melihat indonesia/ malaysia 20-30 tahun lalu.
Sayyid Qasim/ Bro Awais/ rekan2 lain nya akan tertegun melihat Indonesia/ Malaysia/ Singapore, dengan gedung2 nya yang tinggi, jalannya yang sudah rapi2, subur, jauh lebih bersih2, kendarannya beragam yang relatif lebih mewah2, banyak masjid dimana2, makanan yang sangat beragam, berkendaraan lebih tertib, dll.
Maka bersyukurlah, Indonesia/ Malaysia/ dll, lebih baik kondisinya.
Untuk itu *niatkan saat hijrah* nanti, buat berjuang/jihad, bukan buat senang. Bayangkan perjuangan para sahabat Rasulullah SAW saat berjuang diawal, tidak mudah berjuang membangun islam, penuh darah & pengorbanan.
Mohon diingat banyak firman Allah SWT dalam Qur’an, hadits dan fakta sejarah kebaikan & surga itu identik dengan perjuangan/ berkorban, bukan kesenangan. *Surga itu mahal*
*GAZA*-Gerakan Akhir Zaman