Ketika Islam pertama kali datang yang di bawa oleh Nabi Muhammadﷺ, selain menjadi rahmat bagi seluruh alam, sekaligus islam menjadi pemersatu diantara orang-orang, suku-suku, kelompok-kelompok serta bangsa-bangsa yang sedang bertikai dan berselisih.
Hal ini dapat dilihat didalam lembaran sejarah, bagaimana islam mempersatukan suku aus dan khazraj yang sedang bertikai, bermusuhan, bahkan saling berperang. Serta bagaimana islam mempersaudarakan kedua kaum antara arab makkah dengan arab madinah dalam tali persaudaraan Anshar dan Muhajirin.
Karakteristik Islam sebagai pemersatu terus di emban dan dipraktikan oleh para generasi setelah baginda Nabiﷺ wafat. hingga menjadikan wibawa dan kekuasaan islam semakin melebar dan meluas hingga kurang lebih 2/3 bumi, dan berkuasa selama 13 abad lamanya. Hal ini dikarenakan islam sangat di cintai, sekalipun oleh kalangan masyarakat yang bukan islam sekalipun, disebabkan karakteristik islam itu sendiri sebagai pemersatu bagi seluruh manusia tanpa memandang ras, suku ataupun bangsa tertentu. Sebab, seluruh makhluk di hadapan Allahﷻ kedudukannya sama, yang membedakan hanyalah keTaqwa-annya.
Seiring berjalannya waktu, jaman terus berjalan, berganti dan berubah menjadi akhir jaman, dimana kita hidup saat ini. Karakteristik islam sebagai pemersatu sebagaimana di awal kedatangannya, kini seolah hilang tidak membekas sedikitpun. Realita menunjukkan umat islam hari ini berpecah belah menjadi berbagai macam kelompok dan golongan, saling menghujat dan saling menyalahkan, serta setiap kelompok merasa diri paling benar, paling sesuai dengan Qur’an dan Sunnah, serta paling berpegang teguh terhadap keduanya. Padahal seluruh kelompok atau golongan tersebut saling mengklaim berpatokan kepada keduanya. Sungguh sangat ironi, sebab islam yang menjadi pemersatu, justru hari ini seolah-olah islam bukan lagi sebagai pemersatu.
Lantas apa yang menyebabkan umat islam menjadi berkelompok dan berpecah belah?
Majlis GAZA yang di ketuai Raden Diki Candra Purnama, Senantiasa melakukan kajian-kajian serta penelitian terhadap berbagai fenomena kejadian di akhir zaman selain berdasarkan kepada Qur’an dan Sunnah, juga merujuk kepada bimbingan dari Al-Mubasyirat. Hal ini dikarenakan Majlis GAZA sendiri menemukan lebih dari 47 hadist yang menyatakan bahwa Mubasyirat merupakan petunjuk langsung dari Allahﷻ satelah wafatnya baginda Nabiﷺ serta setelah terputusnya kenabian.
Dalam salah satu Mubasyirat Muhammad Qasim, baginda Nabiﷺ mengatakan bahwa rumahnya telah dirusak dan diambil alih oleh beberapa gelintir orang, sementara para penghuninya telah melarikan diri dengan cara berkelompok.
Adapun menurut Ahli Takwil mimpi Majlis GAZA bahwa, rumah Nabiﷺ yang dimaksud tiada lain adalah islam. Ini artinya Islam saat ini telah rusak, berpecah belah menjadi berbagai macam kelompok dan golongan. sedangkan islam yang sebenarnya(Islam sejati) telah ditinggalkan. tidak lagi diterapkan dan dipraktekkan di dalam kehidupan.
Berdasarkan petunjuk Mubasyirot tersebut, Majlis GAZA dapat menarik kesimpulan bahwa diantara salah satu penyebab rusaknya islam yaitu di karenakan lahirnya dan munculnya sosok-sosok terpelajar yang dengan kepintarannya telah menjadikan islam seolah-olah ajaran yang rumit. padahal sejatinya islam ketika dibawa oleh baginda Nabiﷺ, sesungguhnya sangat mudah dan sederhana, mudah dicerna dan gampang difahami sekalipun oleh orang-orang yang buta hurup pada masa itu. namun dengan kepintarannya sosok-sosok terpelajar tersebut justru menjadikan dan melahirkan berbagai macam faham, pemikiran, mazhab, tafsir, hingga kelompok dan lain sebagainya.
Oleh karena demikian, dengan adanya mubasyirot sebagai petunjuk langsung dari Allahﷻ di akhir zaman, justru menjadi sebuah solusi bagi umat islam hari ini agar dapat kembali kepada islam sejati, islam yang di bawa baginda Nabiﷺ yang dengan karakteristiknya sebagai pemersatu umat tanpa memandang lagi kelompok, suku, ras maupun bangsa, ataupun pemikiran dan pemahaman serta tafsir yang berbeda. karena Mubasyirot mampu menyatukan semua hal tersebut.