Safari dakwah yang di lakukan oleh tim dakwah mubasyirat mejelis GAZA yang berada di Pondok Pesantren Al Wafa Jember Jawa Timur, bersama Kyai Abdul Aziz yang Insya Allah beliau sejalan. Selain itu beliau juga menyambut dan membersamai tim Majelis Gaza dengan baik selama disana. Tema yang di sampaikan kali ini membahas tentang Peran Mimpi Dalam Perjalanan Umat Islam. Jama’ah yang hadir antusias mendengarkan apa yang di sampaikan kang Diki Candra selaku ketua Majelis Gaza.
Kemudian, ba’da Maghrib kang Diki juga mengisi kajian di Masjid bersama dengan Tentara. Kebetulan karena Tentara, Kang Diki membahas tentang Malhamah Qubra.
Alhamdulillah semua berjalan dengan baik.
“Bagaimana pandangan Islam tentang Mimpi? Banyak sekali tokoh-tokoh agama pada saat ini, jika ditanya Al Mahdi itu petunjuknya seperti apa? Banyak sekali dari mereka yang tidak bisa menjawabnya. Beberapa kali saya tanya dengan para tokoh, hampir rata-rata tidak bisa menjawab.”Tutur Kang Diki.
Padahal mudah sekali, bahwasanya Rosulullahﷺ sudah mengatakan dan mengunci setelah beliau wafat. Hanya satu yang Allah sisakan, petunjuk dari Allahﷻ langsung yaitu dalam bentuk mimpi.
Dengan dalil sebagai berikut;
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدْ انْقَطَعَتْ فَلَا رَسُولَ بَعْدِي وَلَا نَبِيَّ قَالَ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ لَكِنْ الْمُبَشِّرَاتُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْمُبَشِّرَاتُ قَالَ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ وَهِيَ جُزْءٌ مِنْ أَجْزَاءِ النُّبُوَّةِ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَحُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَأُمِّ كُرْزٍ وَأَبِي أَسِيدٍ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ الْمُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ
bahwa Rasulullahﷺ bersabda: “risalah dan kenabian telah terputus, maka tidak ada rasul dan nabi setelahku.”
Anas berkata: Hal itu memberatkan orang-orang, lalu beliau bersabda: “Akan tetapi yang ada adalah mubasyyirat” para sahabat bertanya: Apa yang dimaksud mubasyirat wahai Rosulullah? beliau menjawab: “Mimpi seorang muslim adalah salah satu dari sekian bagian kenabian.” (Hadits Jami’ At-Tirmidzi no. 2198).
Sebetulnya ini sangat mudah dipahami oleh orang awam,tapi lebih tidak mudah dipahami oleh orang-orang terpelajar. Oleh karena itu, disini Kang Diki akan menjelaskannya.
“Jadi apa yang dialami oleh Muhammad Qosim sebagai Al Mahdi, sudah sangat tepat dan akurat mengapa petunjuknya dalam bentuk mimpi.” Jelas kang Diki.
Perlu diketahui, surat al alaq 1-3 merupakan ayat Al Qur’an pertama yang turun kepada Baginda Muhammadﷺ. Surat tersebut bagian perintah untuk membaca, karena terdapat kalimat “Iqra” pada awal ayatnya. Menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
Tetapi perlu diketahui, bahwa ayat tersebut bukanlah Wahyu yang pertama . Diriwayatkan Bukhori dan Muslim dari Aisyah رَضِی اَللهُ عَنْه, ia berkata : “Permulaan wahyu yang diterima Rasulullahﷺ adalah ar-ru’ya ash-shadiqah (mimpi yang baik) dalam tidur. Biasanya mimpi yang dilihatnya itu jelas, laksana cuaca pagi”.
Jadi surat pertama memanglah iqro’ dalam surat al alaq, namun itu bukanlah Wahyu. Wahyu pertama adalah mimpi. Karena sebelumnya Nabi menerima wahyu, dan itu ketika beliau sedang tidur.
Saat itu Nabi pergi ke gua hiro untuk melakukan perenungan-perenungan atas gelar Al Amin nya. Lalu, saat itulah turun surat al ‘alaq.
Imam Al-Syaukani dalam Fath al Qadir memberikan definisi yang lebih rinci bahwa, seorang Nabi adalah Pria yang diberikan Wahyu oleh Allahﷻ melalui mimpi atau ilham. Wahyu itu hanya diterima oleh seorang Pria. Jadi tidaklah mungkin seorang wanita menerima wahyu juga. Dan ada hal yang belum banyak orang tahu, bahwa saat Nabi Muhammadﷺ datang ke gua hiro itu status beliau sudah menjadi Nabi. Dan ketika beliau menerima ayat iqra’, beliau naik statusnya menjadi seorang Rasul.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Imam Baihaqi bahwa Nabi Muhammadﷺ diangkat menjadi seorang rasul, awalnya berdasarkan wahyu yang diperoleh melalui mimpi, kemudian menjadi Nabi. Lalu 6 bulan kemudian beliau diangkat statusnya menjadi Rasul dalam keadaan terjaga di gua hiro.
Imam ibn hajar al-asqolani menuturkan, “wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammadﷺ berupa mimpi-mimpi yang berfungsi sebagai persiapan mental bagi beliau dalam menerima wahyu-wahyu berikutnya. Yakni melalui malaikat Jibril yang datang dalam keadaan terjaga”.
“Jadi saudara sekalian, sebegitu pentingnya peran mimpi dalam umat islam.” sambung kang Diki
Namun faktanya para tokoh agama saat ini mayoritas mengabaikan mimpi. Ketika pihak Majelis Gaza menyampaikan mubasyirat dalam bentuk mimpi, mereka relatif mengabaikan. Bahkan ada yang mengatakan tidak adanya hadits bahwa di akhir zaman, petunjuk datangnya bukan dari mimpi.Padahal, hadist nya sudah banyak sekali dan seringkali kita kaji dalam kajian ba’da subuh.
Rosulullahﷺ ketika selesai melaksanakan sholat subuh, beliau menghadap jamaah kemudian bertanya : “Apakah ada diantara kalian yang mimpi semalam?” (HR MUSLIM).
Lagi – lagi mimpi ini berperan penting dalam umat islam. Dan karena terlalu sering mengabaikan mimpi, umat sekarang terpecah belah. Dengan ketidak jelasan mana kesyirikan dan bukan kesyirikan. Bahkan tercampur aduk antara haram dan halal. Hal ini terjadi karena mereka hanya mengandalkan ilmu yang tertulis (textbook). Tanpa disadari mereka telah mengabaikan petunjuk langsung dari Allahﷻ.
Padahal jelas sekali bahwa mimpi adalah wahyu kenabian dan mimpi-mimpi akan timbul kembali ketika ulama dan ilmu sudah diangkat. Tetapi Bukan berarti dihapuskan ayat Al Qur’an dan Hadits, karena jelas banyak Qur’an dan hadits yang ditafsirkan berbeda-beda oleh para tokoh agama. Lalu mana yang benar? Semua sudah diterjemahkan oleh mimpi ei akhir zaman,sehingga pihak Majelis Gaza tahu masalah yang mendasar seperti apa.
Kita perhatikan apa yang dialami oleh Muhammad Qosim ialah murni mimpi. Dan itu jelas sekali petunjuk dari Allahﷻ, yang merupakan satu kesatuan yang sejalan dengan hadits-hadits di akhir zaman. Padahal yang luar biasa, muhammad Qasim ialah orang yang umi (bukan orang yg terpelajar), tapi ketika di perhatikan, hampir semua mimpinya sejalan dengan hadits-hadits.
Mengapa dizaman sekarang terjadi perpecahan dan banyak sekali kelompok bahkan aqidah yang mencolok? Padahal soal aqidah dan tauhid ini harusnya satu. Hal Itu terjadi karena mereka hanya mengandalkan Ilmu yang textbook yang diartikan dengan pemikiran yang berbeda, bila hal itu terus terjadi maka manusia akan semakin jauh terpecah belah dan bahkan banyak yang tersesat.
Rosulullahﷺ telah mengingatkan bahwa mimpi yang baik dan benar itu merupakan seperempat puluh enam dari kenabian.
Dari Anas dan Ubadah bin Ash Shamit ra bahwa Rosulullah bersabda:
“mimpi dari orang beriman merupakan seperempan puluh enam dari kenabian” (HR Bukhori, Ahmad, Turmurzi dan Abu Daud).
Lalu diperjelas lagi oleh Hadits Riwayat Muslim yang berbunyi :
“Jika zaman itu telah dekat (kiamat), banyak mimpi orang beriman tidak bohong. Dan sebenar-benar mimpi diantara kalian adalah mimpi orang yang paling jujur dalam perkataan.” Hal itu sudah sangat terbalik dengan apa yang tokoh-tokoh agama sekarang sampaikan, bahwa hal tersebut (mimpi) sudah tidak berlaku lagi dizaman ini.
Rosulullahﷺ bersabda:
“Andaikan dunia ini hanya tersisa satu hari, pasti Allah akan memanjangkan hari itu sampai Dia mengutus seorang lelaki dari ku atau dari keluargaku, yang namanya sama denganku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku. Ia memenuhi bumi dengan kebijakan dan keadilan sebagaimana ia di bumi telah dipenuhi dengan kesewenang-sewenangan dan kedzaliman sebelum itu” (HR Abu Dawud)
Dari hadits tersebut, kira-kira bagaimana gambaran hari kiamat akan ditunda? Apakah dengan keadaan bumi sudah tergulung lalu dikembalikan seperti kita memutar film mundur kebelakang?
Ternyata seorang Al Mahdi sudah memimpikannya. Muhammad Qosim lalai dalam tugas dari Allah, Muhammad Qosim digambarkan masih hubudddunya, tidak percaya diri sehingga tidak menghendaki dirinya menjadi seorang Al Mahdi, lalu melalaikan tugas-tugas itu. Petunjuk tersebut sudah ada dalam mimpinya (Muhammad Qasim), lalu diselaraskan dengan apa yang ada di hadits dan keberlangsungan saat ini. Hal ini semakin memperkuat betapa pentingnya mimpi bagi umat islam di akhir zaman.
Ada fakta menarik, bahwa Muhammad Qasim bukanlah seorang ahli kitab. Tetapi apa yang terjadi di mimpinya sangat tepat sekali dengan dalil yang ada.
Contohnya ketika Qasim memimpikan baginda Rosulullahﷺ sedang menangisi umatnya, apa yang disampaikan dalam gambaran mimpinya, sangat persis dengan dalil yang dikatakan oleh Abdullah bin Sing:
“Saya melihat beliau melakukan sholat, lalu kemudian menangis dalam sholatnya. Bunyinya seperti berasal dari dada seperti periuk mendidih”. Ini menunjukan kesamaan apa yang disampaikan oleh Muhammad Qosim. Mungkin bagi orang yang sering membaca kitab, hal ini akan biasa saja. Namun Qasim bukanlah ahli kitab dan tidak memahami hadits. Maka dari itu, ini menjadi satu bukti sesuatu yang tidak bertentangan dengan apa yang disampaikan Muhammad Qosim. Jika Muhammad Qasim mengarang mimpi, tentu akan banyak sekali kekeliruan dan banyak yang berselisih.
Dan ketika Muhammad Qasim memimpikan Rosulullahﷺ, hal ini juga sesuai dengan firman Allahﷻ, yang mana Qasim melihat cahaya putih pada Rasulullahﷺ. Selaras dengan isyarat dari Al Quran.
Allah firmankan bahwa nabi itu simbolnya adalah cahaya. Hal Ini membuktikan kebenaran mimpi Muhammad Qasim yang berikutnya. Karena pasti jika ini bertentangan dengan mimpi Muhammad Qasim bukanlah mimpi dari Allah, pasti pernyataannya berselisih dengan Al-Qur’an dan hadits.tapi Alhamdulillah mimpi Muhammad Qasim sejalan.
Penulis: Salma Nabila