Translate :

Home / Uncategorized

Rabu, 23 Oktober 2024 - 21:56 WIB

Celaka Orang Rajin Ibadah tapi Tidak Mengetahui Jalan Yang Lurus

Kajian pagi di tanah Uzlah yang di isi oleh ustadz Abu Fida (AFI) kali ini bertema tentang Tauhid.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak orang rajin Shalat, berzakat tetapi banyak yang tidak mengerti jalan yang lurus. Ibadah hanya sekedar gerakan tanpa tahu dan mengerti bagaimana tauhid itu dibangun sebagai pondasi dalam beragama. Agama bukan sekedar memelihara jenggot, mengerjakan shalat dan membaca Al Qur’an. Namun harus dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari makna sebetulnya tentang LA ILAHA ILLALLAH, tiada Tuhan selain Allah. Yang artinya memurnikan Tauhid.

Pada zaman Rasulullahﷺ, para musyrikin Quraisy mengolok-olok orang yang mempelajari tauhid disebut sebagai orang yang bodoh, karena mengikuti saja yang Rasulullahﷺ katakan, padahal tauhid adalah Ilmu yang mendasar tapi memiliki tingkat tertinggi diantara ilmu lain. karena tauhid menghantarkan manusia ke surga tertinggi. Untuk lebih jelasnya pembaca PORTAL GAZA dapat membuka link berikut ini https://youtu.be/EMZb06kvfoM?si=vR9yru7Btooi7V1U

Allahﷻ berfirman dalam Qs.Al-An’am: 153,

وَاَ نَّ هٰذَا صِرَا طِيْ مُسْتَقِيْمًا فَا تَّبِعُوْهُ ۚ وَلَا تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗ ذٰ لِكُمْ وَصّٰٮكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.”

السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ

(Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya) . Artinya, Jangan mengikuti jalan lain, seperti ajaran yang berasal dari pemikiran manusia seperti agama; Kristen, Budha, Hindu, Majusi, Yahudi, atau ajaran berdasarkan pengalaman spiritual seperti ; Karuhun ( kajawen, kepercayaan), thariqot ( cerita tentang syekh Qodir Jaelani yang mencegat Malaikat Maut), tapi ikutilah Islam jalan yang lurus.

Jalan Islam jelas rutenya hanya satu, yaitu: amanu, hajaru, jahadu.
Jelas tujuannya yaitu “LA ILAHA ILLALLAH, beriman hanya kepada Allah”

BAGAIMANA MENGENAL JALAN ALLAHﷻ?

Perlu diketahui sebelumnya ke mana tujuannya? Tujuannya harus lillahi ta’ala, memurnikan kalimat La Ilaha Illallah dengan menjauhi thagut dan beriman kepada Allahﷻ, Seperti firman Allahﷻ pada QS.Al-Bayyinah ayat 5

وَمَاۤ اُمِرُوْۤا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ 

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”

BAGAIMANA PELAKSANAANNYA?

Tentu pelaksanaannya harus bermutaba’ah kepada Rasulullaahﷺ dengan meninggalkan perbuatan bid’ah yang diadakan meskipun kebanyakan orang memperbolehkan. Misalnya: Membaca Al Qur’an itu bagus. tapi membaca Quran di atas kuburan tidak boleh, apalagi pada saat kematian, biasanya pihak keluarga menyuruh orang membaca Alquran di atas kuburan keluarga yang meninggal dan kemudian membayarnya, itu tidak boleh.

Walaupun tidak boleh tapi realnya budaya tersebut berkembang di masyarakat. Banyak ustadz yang melakukan hal tersebut karena iming-iming dunia, dan yang ironisnya hal tersebut diikuti oleh jamaahnya.

Mari murnikan tauhid kita. Menurut Syekh Muhammad rahimakumullah, bahwa Al Islam waqidatu itu ada dua BAB, yaitu:

BAB 1.
1. Perintah beribadah hanya kepada Allahﷻ dan tidak ada sekutu baginya.

Allahﷻ berfirman:QS.Ali ‘Imran 3: Ayat 64

قُلْ يٰۤـاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَا لَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَآءٍۢ بَيْنَـنَا وَبَيْنَكُمْ اَ لَّا نَـعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْــئًا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَا بًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَ نَّا مُسْلِمُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allahﷻ dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama yang lain tuhan-tuhan selain Allahﷻ.” Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim.”

نَـعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ
Bahwa tidak ada yang kita sembah kecuali Allaah ﷻ.

وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ
Dan tidak kita sekutukan Allaah ﷻ dengan sesuatu makhluk apapun, tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai arbab- arbab .
اَرْبَا بًا

sebagai Tuhan selain Allah.

Kata اَرْبَا بًا terdapat dalam QS At Taubah ayat 31.
Allaahﷻ berfirman:

اِتَّخَذُوْۤا اَحْبَا رَهُمْ وَرُهْبَا نَهُمْ اَرْبَا بًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَا لْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ ۚ وَمَاۤ اُمِرُوْۤا اِلَّا لِيَـعْبُدُوْۤا اِلٰهًا وَّا حِدًا ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

“Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

Baca Juga:  Millenial Lampung Di Jakarta Dan Petani Cepu Rasakan Krisis Pangan Seperti Disampaikan Mimpi Muhammad Qasim

Kesimpulannya, tidak ada perselisihan antara kita dan kamu untuk tidak kita sembah selain Allahﷻ, dan tidak kita persekutukan dia dengan apapun, dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagiannya sebagai arbab, dalam penetapan hukum halal dan haram..

Dikisahkan Ketika itu datanglah seorang sahabat Nabi “Adi bin Hatim” dia baru masuk Islam. Datanglah ia kepada Rasulullaahﷺ dengan menggunakan kalung salib, lalu Rasulullah membacakan ayat ini
اِتَّخَذُوْۤا اَحْبَا رَهُمْ وَرُهْبَا نَهُمْ اَرْبَا بًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ

“Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai Tuhan selain Allahﷻ. Dan hukumnya adalah HARAM.

Ya Rasulullahﷺ, kami tidak pernah menyembah rahib-rahib atau ulama kami, uskup-uskup kami, konotasi penyembahan menurut Adi bin Hatim adalah ketika bertemu dengan rahib atau ulama mereka maka bersujud, atau ruku’.
bukan begitu ….penyembahannya ketika ulama-ulama kalian mengharamkan sesuatu yang sudah Allaahﷻ halalkan, siapa yang kamu ikuti? kami ikut ulama-ulama kami ya Rasulullaahﷺ, itulah ibadah-ibadah kamu kepada mereka kata Rasulullaahﷺ.

Kata Alquran thogut adalah thogut, bukan kata ulama mereka! tetapi Ulil Amri. maka diikutilah oleh mereka perkataan ulama tersebut, di situlah letak penyembahan kamu kepada mereka.” Jelas Abu Fida dalam kajian pagi di bukit lebah.

Seperti itulah kondisi umat saat ini. Mereka lebih mendengarkan dan mengikuti apa kata ulama yang sebenarnya menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal disisi Allahﷻ. Dan tanpa di sadari itulah bentuk mempersekutukan Allaahﷻ. Sedemikian halusnya kesyirikan itu terjadi.

ARBAB BERARTI PERINTAH

Arbab berarti perintah beribadah kepada Allah saja,tidak ada sekutu bagiNya. Para Nabi diperintah Allahﷻ dengan mengajak kepada ahlul kitab, yang menguasai Al kitab kepada kalimat LA ILAHA ILLALLAH DENGAN MURNI , tidak dicampur dengan hawa nafsu yang datang dari dirinya sendiri. Seperti ingin ketenaran, ingin diikuti oleh pengikutnya yang banyak, ingin disebut syekh, ingin disebut Abuya, ingin disebut Abah, kemudian membuat berbagai aturan baru yang aneh-aneh bahkan dengan membahasakan dengan bahasa yang lembut seperti dalam Al-Qur’an mengatakan kafir maka dilembutkan menjadi non muslim itu adalah suatu kerancuan yang membawa pada bencana.

Ingatlah! Islam itu sudah sempurna, tidak perlu ditambah atau dikurangi.

Karena perintah beribadah kepada Allahﷻ saja, tidak ada sekutu bagiNya merupakan KONSEP KETEGASAN ISLAM DALAM TAUHID, maka KATA KAFIR ya memang harus disematkan KAFIR untuk ORANG KAFIR (saat ini disamarkan menjadi non muslim). KHAMR untuk BIR, WINE, ALKOHOL ( saat ini disamarkan menjadi minuman keras, minuman beralkohol dengan berbagai merk dagang seperti rum, everclear, beer, vodca, gin, Brandy, dst), PEZINA untuk PEZINA, PELACUR ( saat ini disamarkan menjadi pelakor, wts, kupu-kupu malam, Ayam kampus, perek dan lain sebagainya).
Semua yang disamarkan itu membawa pada kehancuran dalam tatanan muamalah dan sistem sosial kemasyarakatan yang semakin menjauh dari nilai Islam dan ketauhidan.

ARBAB BERARTI PENEKANAN

Allaahﷻ berfirman dalam QS. Al-Isra’ 17: Ayat 23

وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Kalimat penekanan ditambahkan dengan “me” misalnya “makan” menjadi “memakan”. .
وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ

“Dan Tuhanmu telah ‘memerintahkan’ agar kamu jangan menyembah selain Dia”

WALA’ ATAU LOYALITAS

Setelah penekanan muncullah wala’. Begitu sudah mengucapkan kalimat LA ILLAHA ILLALLAH maka standardnya menjadi cinta karena Allahﷻ dan benci karena Allahﷻ. Siapa yang dicintai Allah? yaitu para Muttaqin, Shiddiqun, Sholihin, Al amin dan jika kita ingin dicintai Allahﷻ, maka kita lakukan perbuatan orang yang dicintai Allaahﷻ. Seperti tawakal, jujur, Sholih dan percaya hanya pada Allahﷻ. Apa pekerjaan yang dicintai Allahﷻ? maka lakukanlah ketaatan, berbuat adil, seimbang dalam berbagai hal, amanah dan sebagainya.

Inilah ilmu tertinggi yang menghantarkan manusia ke surga (aamiin ) karena loyalitasnya hanya untuk Allaahﷻ semata. Tidak lagi melihat ego diri dan hawa nafsunya.
Allaahﷻ berfirman dalam QS. Maryam 19: Ayat 48

وَ اَعْتَزِلُـكُمْ وَمَا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَاَ دْعُوْا رَبِّيْ ۖ عَسٰۤى اَ لَّاۤ اَكُوْنَ بِدُعَآءِ رَبِّيْ شَقِيًّا

“Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.””

Baca Juga:  Mengenal Hizbussyaithon / Pengikut Syaithon

“Aku menjauhkan diri” (berarti wala’). apa yang dijauhi? yang dijauhi adalah orang dan perbuatannya, tidak mencari muka pada yang sedang berkuasa. Dari padaMu dan dari apa yang kamu sembah selain Allahﷻ”.
Sedangkan bara’ artinya: tidak ikut ikutan (aku hanya menasehati dan silakan jika mau mengikuti) atas kemusyrikan yang kamu lakukan.

Allahﷻ berfirman dalam QS.Al-Mumtahanah 60: Ayat 4

قَدْ كَا نَتْ لَـكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْۤ اِبْرٰهِيْمَ وَا لَّذِيْنَ مَعَهٗ ۚ اِذْ قَا لُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰٓ ؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَا لْبَغْضَآءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤْمِنُوْا بِا للّٰهِ وَحْدَهٗۤ اِلَّا قَوْلَ اِبْرٰهِيْمَ لِاَ بِيْهِ لَاَ سْتَغْفِرَنَّ لَـكَ وَمَاۤ اَمْلِكُ لَـكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ ۗ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِ لَيْكَ اَنَـبْنَا وَاِ لَيْكَ الْمَصِيْرُ

“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,” kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, “Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,”

Al mumtahanah ayat 4.

اِنَّا بُرَءٰٓ ؤُا مِنْكُمْ
Sesungguhnya telah ada padamu

“Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allahﷻ (Al -wala), kami mengingkari (kekafiranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan ( Al-baro’) dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allahﷻ saja (tauhid),”
Itulah maksud uzlah. Saya menjauhkan diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allahﷻ. Karena kamu menolak dakwah tauhid.

Bagaimana jika dia masih shalat, tapi menolak dakwah tauhid? Tetap dikatakan sebagai kafir. Karena mereka mengingkari dan telah menolak dakwah tauhid meskipun mereka membayar zakat atau naik haji, tapi mereka menolak dakwah tauhid, mereka adalah kafir!

Segamblang itulah Islam. Karena tauhid adalah pondasi, jika hancur tauhidnya maka hancur semua yang diatasnya. Karena telah nyata antara kami Dan kamu permusuhan (al baro’) dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allaahﷻ. Jika kamu beriman dan bertauhid kepada Allahﷻ, kembali kepada ajaran tauhid, maka kamu adalah saudara. Tapi selama kamu menyimpang dari ajaran tauhid kamu bukan saudara.

Bagaimana jika anak/ istri menolak dakwah tauhid? Apa hukumnya? Musyrik!

Allaahﷻ berfirman dalam QS.Al-Mujadilah 58: Ayat 22

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ يُوَآ دُّوْنَ مَنْ حَآ دَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَوْ كَا نُوْۤا اٰبَآءَهُمْ اَوْ اَبْنَآءَهُمْ اَوْ اِخْوَا نَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُمْ ۗ اُولٰٓئِكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْاِ يْمَا نَ وَاَ يَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِّنْهُ ۗ وَيُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ اُولٰٓئِكَ حِزْبُ اللّٰهِ ۗ اَ لَاۤ اِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.”

Sekalipun bapak-bapaknya dan anak-anaknya sebagaimana kita lihat sejarah Nabi Ibrahim dengan bapaknya yang kafir, Nabi Nuh dengan anak dan istrinya yang musyrik.

Bagaimana Hukumnya mencintai orang musyrik? Karena alasan keyakinan kekafirannya (nasional, demokratis, idealis, dan lain-lain. maka Allah meniadakan iman kalian.

Maka pendidikan utama dan pertama di keluarga adalah TAUHID dibarengi dengan amal Sholeh dan bermuamalah. Mari Kita mulai belajar tauhid dari diri sendiri melalui Chanel YouTube GAZATV agar lebih maksimal dan mendapatkan ilmu dari langsung AFI “ustadz Abu Fida” dan bisa langsung diimplementasikan pada keluarga hingga tetangga. Saling getok tular atau saling mengingatkan satu sama lain agar merata wawasan dan berkembang pola pikir tauhid sampai menjadi mukmin haqqon in shaa Allaah.. selamat belajar bersama Majelis GAZA.

Baca Juga

Uncategorized

Gaza Memantik Butterfly Effect

Uncategorized

Sebuah Catatan Kecil “Ruqayyah” Pasaman Barat

Uncategorized

HDCM Ketiga China-Indonesia bicarakan perluasan kerja sama strategis

Uncategorized

Dajjal Sedang Menutup Mata Para Ulama

Uncategorized

Sesuai Mimpi Muhammad Qasim Tewasnya Presiden Iran Pertanda Perang Dunia -3.

Uncategorized

Umat Tidak Mengerti Mana Jalan yang Benar Part 2

Uncategorized

Menjawab uzma bagian 3 | Apa akibatnya berbicara tanpa dalil

Uncategorized

Terjawab,Al Mahdi di Baiat Umur 51-52 Tahun