Translate :

Home / Uncategorized

Minggu, 4 Agustus 2024 - 14:31 WIB

Kelompok Terasing Di Akhir Zaman, Kenali Ciri Ciri Mereka Berdasarkan Kepada Hadist

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, Bahwa Rasulullahﷺ bersabda:

بَدَأَ الاِسلَامُ غَرِیبًا وَسَیَعُودُ غَرِیبًا فَطُوبٰی لِلغُرَبَاء

“Islam muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka berbahagialah bagi orang-orang yang terasing”.

Hadist tersebut lumayan populer di kalangan umat islam, bahkan realita menunjukkan seolah-olah setiap kelompok merasa termasuk kedalam kelompok terasing tersebut. Suatu hal yang wajar, sebab hadist tersebut merupakan hadist yang bersifat umum(menyeluruh) dan global(mujmal). Dengan kata lain, hadist tersebut konteksnya dapat mengena kepada siapapun dan apapun nama kelompoknya. Namun walaupun demikian, tentu kita akan tetap dapat mengungkap terkait siapakah yang dimaksud dengan kelompok asing tersebut sebenarnya?

Al-Ghuraba (orang-orang yang terasing) adalah orang-orang yang terpisah dari kabilah-kabilah. Hal ini sebagaimana imam Ad-Darimi, Ibnu Majah, Ibnu Abu Syaibah, al-Bazzar, Abu Ya’la dan Ahmad, mereka telah meriwayatkan suatu hadits dengan para perawi yang terpercaya (lafadz hadits versi Ahmad) dari Abdullah bin Mas’ud , ia berkata; Rasulullahﷺ bersabda:

اِنَّالاِسلَامَ بَدَأَ غَرِیبًا وَسَیَعُودُ غَرِیبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبٰی لَلغُرَبَاءِ قِیلَ وَمَنِ الغُرَبَاءُ؟ قَالَ النُّزَاعُ مِنَ القَبَاءیل

Sesungguhnya Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah al-ghuraba (orang-orang yang terasing). Di katakan kepada beliau, “Siapa al-ghuraba itu?” Rasulullahﷺ bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tepisah dari kabilah-kabilah.”

Dalam kamus lisanul arab dikatakan, “Nizâ’u al-qabâil (yang terpisah dari kabilah-kabilah) sama dengan ghurabâuhum (orang-orang yang terasing dari mereka). Yaitu orang-orang yang bertetang-gaan dengan kabilah-kabilah tapi bukan bagian darinya. Nizî’un dan nâzi’un,… yaitu orang yang jauh dan raib dari keluarganya.

Adapun dari segi ciri-ciri kelompok terasing, terdapat beberapa ciri. Hal ini seperti di kutip dari buku Min Muqawwimat Al-Nafsiyyah Al-Islamiyyah, diantaranya yaitu:

1. SENANTIASA MELAKUKAN PERBAIKAN KETIKA MANUSIA SUDAH RUSAK.

Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Auf bin Zaid bin Milhah al-Mazani ra., bahwa Rasulullahﷺ bersabda:
“Sesungguhnya agama (ini) akan terhimpun dan berkumpul menuju Hijaz layaknya terhimpun dan terkumpulnya ular menuju liangnya, dan sungguh (demi Allah) agama (ini) akan ditahan (untuk pergi) dari Hijaz sebagaimana (ditahannya) panji (yang merupakan tempat kembali di mana kaum Muslim kembali padanya) dari puncak gunung. Sesungguhnya agama ini muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing. Yaitu orang-orang yang memperbaiki sunahku yang telah dirusak oleh manusia setelahku”. (Abu Issa berkata, “Hadits ini hasan”).

Al-Ghuraba dalam hadits di atas bukanlah para sahabat, karena mereka datang setelah ada manusia yang merusak sunnah yang dibawa Rasulullahﷺ. Sedangkan para sahabat ra. tidak merusak sunnah yang dibawa oleh Rasulﷺ, dan sunnah tersebut belum rusak di jaman para sahabat.

Baca Juga:  Hilangkan Penyakit Al Wahn Demi Kebangkitan Islam

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad as-Saidi ra., Rasulullahﷺ bersabda:
“Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa al-ghuraba ini?” Rasulullahﷺ bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia sudah rusak.” (Hadits ini diriwayatkan oleh athThabrani dalam al-Kabir).

2. JUMLAHNYA SEDIKIT.

Ahmad dan ath-Thabrani dari Abdullah bin Amru, ia berkata; Pada suatu hari saat matahari terbit aku berada di dekat Rasulullahﷺ, lalu beliau bersabda:
“Akan datang suatu kaum pada hari kiamat kelak. Cahaya mereka bagaikan cahaya matahari. Abu Bakar berkata, “Apakah mereka itu kami wahai Rasulullah?” Rasulullahﷺ bersabda, “Bukan, dan khusus untuk kalian ada kebaikan yang banyak. Mereka adalah orang-orang fakir dan orang-orang yang berhijrah yang berkumpul dari seluruh pelosok bumi.” Kemudian beliau bersabda, “Kebahagian bagi orang-orang yang terasing, kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah orang-orang yang terasing itu?” Beliauﷺ bersabda, “Mereka adalah orang-orang shalih di antara kebanyakan manusia yang buruk. Di mana orang yang menentang mereka lebih banyak dari pada yang menaatinya.” (al-Haitsami berkata hadits ini dalam al-Kabir mempunyai banyak sanad. Para perawinya shahih).

3. MEREKA ADALAH KAUM YANG BERANEKA RAGAM.

Al-Hakim meriwayatkan dalam al-Mustadrak, ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya, meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhari Muslim.” Dari Ibnu Umar ra, ia berkata Rasulullahﷺ bersabda:
“Sesunggunya Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan para Nabi dan syuhada. Para Nabi dan syuhada pun ber-ghibthah(berangan-angan) pada mereka di hari kiamat karena kedekatan mereka dengan Allahﷻ dan kedudukan mereka di sisi Allahﷻ.Kemudian seorang Arab Badui (yang ada di tempat nabi berbicara) duduk berlutut, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka dan uraikanlah keadaan mereka pada kami!” Rasulullah bersabda, “Mereka adalah sekelompok manusia yang beraneka ragam, yang terasing dari kabilahnya. Mereka berteman di jalan Allah, saling mencintai karena Allah. Allah akan membuat mimbar-mimbar dari cahaya bagi mereka di hari kiamat. Orang-orang merasa takut tapi mereka tidak takut. Mereka adalah kekasih Allahﷻ yang tidak memiliki rasa takut (pada selain Allahﷻ) dan mereka tidak bersedih.”

4. MEREKA SALING MENCINTAI DENGAN “RUH” ALLAHﷻ.

Abu Dawud mengeluarkan hadits dengan para perawi yang terpercaya, dari Umar bin al-Khathab ra, ia berkata;Rasulullahﷺ bersabda:
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allahﷻ ada sekelompok manusia. Mereka bukan para nabi dan juga bukan syuhada. Tapi para nabi dan syuhada pun ber-ghibthah(berangan-angan) pada mereka di hari kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Swt. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullahﷺ, beritahukanlah kepada kami siapa mereka itu?” Rasulullahﷺ bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai dengan “ruh” Allahﷻ, padahal mereka tidak memiliki hubungan rahim dan tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama-sama. Demi Allah, wajah mereka adalah cahaya. Mereka ada di atas cahaya. Mereka tidak takut ketika manusia takut. Mereka tidak bersedih ketika manusia bersedih.”Kemudian Rasulullahﷺ membacakan firman Allah, “Ingatlah sesungguhnya para kekasih Allah itu tidak mempunyai rasa takut (oleh selain Allah) dan tidak bersedih”.

Baca Juga:  Tinggalkan Syirik untuk Meraih Kejayaan Islam

5. MEREKA MEMPEROLEH KEDUDUKAN ITU TANPA MENJADI SYUHADA.

Ath-Thabrani meriwayatkan -dalam al-Kabir dengan sanad yang baik dan perawinya terpercaya menurut al-Haitsami- dari Abu Malik al-Asy’ary, ia berkata; Suatu ketika aku ada di dekat Nabiﷺ, kemudian turunlah firman Allahﷻ :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu”. (QS. al-Maidah [5]: 101).

Abu Malik berkata, maka kami bertanya kepada Rasulullahﷺ ketika beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang bukan para nabi dan syuhada. Tapi para nabi dan syuhada tergiur oleh mereka karena dekatnya kedudukan mereka dari Allah di hari kiamat.”

Abu Malik berkata, di antara orang-orang yang ada pada saat itu ada seorang Arab pedalaman, kemudian ia duduk berlutut dan menahan dengan kedua tangannya, seraya berkata; “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami tentang mereka, siapa mereka itu?” Abu Malik berkata; aku melihat wajah Rasulullahﷺ menengok ke sana ke mari (mencari orang yang bertanya). Kemudian beliauﷺ bersabda:
“Mereka adalah hamba-hamba Allah dari negeri yang berbeda-beda dan dari berbagai suku bangsa yang berasal dari berbagai rahim; tapi mereka tidak mempunyai hubungan rahim (senasab) yang menjadi penyebab mereka saling menyambungkannya (silaturahim) karena Allah. Mereka tidak memiliki harta untuk saling memberi. Mereka saling mencintai dengan (ikatan) “ruh” Allah. Allah menjadikan wajah mereka menjadi cahaya. Mereka memiliki mimbar-mimbar di hadapan ar-Rahman.Manusia terkaget-kaget, tapi mereka tidak. Ketika manusia merasa takut, mereka tidak”.

Seluruh riwayat telah menyepakati bahwa mereka bukan termasuk para nabi dan syuhada. Mereka memperoleh kedudukan seperti itu semata-mata karena memiliki sifat-sifat tersebut.

Itulah sebagian sifat-sifat yang menghiasi mereka. Adapun kedudukan mereka sungguh sudah sangat jelas sebagaimana dijelaskan dalam hadits–hadits di atas, tidak perlu diulangi kembali. Siapa saja yang menelaahnya, maka pantas untuk bersegera meraih mimbar di hadapan ar-Rahman Zat yang MahaTinggi. Semoga Allahﷻ merahmati keterasingannya dan mewujudkan segala keinginannya. Akhirnya kami berdoa, segala puji hanya milik Allahﷻ Pengatur semesta alam.

Baca Juga

Uncategorized

Pengingat dan Persiapan Menghadapi Masa Depan Umat Akhir Zaman

Uncategorized

Gaza Dan Persiapan Perubahan Geopolitik

Daily Gaza

Penyerahan Buku Mimpi Muhammad Qasim kepada Ustadz Puji Pekalongan

Uncategorized

Hadiah Allahﷻ untuk Gaza, Gerakan Akhir Zaman

Uncategorized

99 Fakta Muhammad Qosim adalah Al Mahdi Part 7

Uncategorized

Artis Dangdut Indri Monica Terima Buku Muhammad Qasim Dreams

Daily Gaza

Penyampaian Buku Mimpi Muhammad Qasim Ke SMP Baitullah Muttaqin Jawa Timur

Uncategorized

Ahlul Bait jadi Sumber Fitnah Akhir Zaman