Artikel ini merupakan tema tauhid untuk menguatkan hati kita agar lebih condong kepada Wahyu dibanding dominasi hawa nafsu dan pemikiran sendiri. Karena syarat kesempurnaan iman seseorang lebih mendahulukan syariat Nabi Muhammadﷺ dibandingkan hawa nafsu. Dahulukan Syariat Nabi Muhammadﷺ di Banding Hawa Nafsu
Berikut adalah hadis arbain 41.
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ رُوِّيْنَاهُ فِي كِتَابِ الحُجَّةِ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.
Dari Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullahﷺ bersabda;
“Tidak beriman seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (Hadits hasan sahih, kami meriwayatkannya dari kitab Al-Hujjah dengan sanad shahih).
Bagi seorang muslim menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan utama Sebelum ucapan, sesuai dengan QS. An Nisa:65
Allahﷻ berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 65)
Bahwa orang yang tidak mau menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan utama divonis sebagai orang yang TIDAK BERIMAN pada Allahﷻ dan Rasulullahﷺ. Ketika kita bertahkim baik itu enak atau tidak enak maka harus samina wa atona kepada Allahﷻ dan Rasulullahﷺ.
Contoh: Seperti pembagian waris, harus sesuai dengan yang ada di dalam Al Qur’an,Bukan adil sama rasa sama rata.
Lisannya mengakui tapi hatinya tidak, itu artinya, jika mempercayai Al Mahdi ada di tengah kita, berarti harus tunduk dengan Al Qur’an dan as Sunnah. Karena Al Mahdi mendapat petunjuk sesuai Al Qur’an dan As Sunnah. Bukan mengikuti Al Mahdi yang belum di Islah dan masih punya banyak kesalahan. Juga belum bisa mengambil sikap yang bijak dalam memutuskan sesuatu. Pastikan setiap langkah yang di ambil harus berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah, itu sebagai pedoman utama!!
Mengembalikan fitrah kita untuk tunduk pada Allahﷻ sesuai dengan ayat dalam QS. Al-Hujurat 49: Ayat 1;
Allahﷻ berfirman;
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيِ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 1)
Maka Abi tholhah mengatakan jangan kamu menentang Allahﷻ dan rasulnya mendahului hawa nafsu, karena syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan bermuthabaah. Seperti perkataan Ad dahak
“jangan sekali kali hawa nafsu kita lebih dominan Tapi tunduk pada Aturan Allahﷻ dan Rasulullahﷺ.”
Ketika Rasulullahﷺ mengutus:
Bahwa Rasulullahﷺ ketika akan mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda:
“Bagaimana engkau memberikan keputusan apabila ada sebuah peradilan yang dihadapkan kepadamu?”
Mu’adz menjawab, “Saya akan memutuskan menggunakan Kitab Allah.” Beliau bersabda: “Seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Kitab Allah?” Mu’adz menjawab, “Saya akan kembali kepada sunnah.”
Beliau bersabda lagi:
“Seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Sunnah Rasulullahﷺ serta dalam Kitab Allah?” Mu’adz menjawab, “Saya akan berijtihad menggunakan pendapat saya, dan saya tidak akan mengurangi.” Kemudian Rasulullah shallallahuﷺ menepuk dadanya dan berkata:
“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada utusan Rasulullah untuk melakukan apa yang membuat senang Rasulullahﷺ.” (HR. Abu Dawud)
Dalam HR.Sunan Tirmidzi 2482: Rasulullahﷺ bersabda:
“Surga diliputi hal-hal yang tidak menyenangkan dan neraka diliputi syahwat.”
Kecuali nafsul Muthmainnah. oleh karena itu jangan memilah-milah berdasarkan hawa nafsu, karena hawa nafsu akan memberontak. Untuk itu marilah kita belajar untuk tunduk pada Wahyu, agar bisa mengatakan sami’na wa ato’na.
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allahﷻ.” (QS. Shaad: 26)
“Dan siapa yang mengikuti hawa nafsunya, maka mereka akan binasa.” (QS. Al-Qasas: 50)
” Sesungguhnya hawa nafsu itu adalah musuh yang nyata.” (QS. Yusuf: 53)
Seperti perkataan imam Malik, Sesungguhnya aku adalah manusia biasa yang bisa salah dan bisa benar” adalah perkataan Imam Malik bin Anas. Perkataan ini disampaikannya sebagai pesan agar umatnya mempertimbangkan pendapatnya, selama pendapat tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah
imam Syafi’i berkata, Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullahﷺ, maka sampaikanlah sunnah tadi dan tinggalkanlah pendapatku. Dalam riwayat lain Imam Syafi’i mengatakan, maka ikutilah sunnah tadi dan jangan pedulikan ucapan orang.
Kekuatan para pejuang adalah sholat tahajjud, (QS. As Sajadah: 16) lambung mereka jauh dari tempat tidur.
Jika Allahﷻ dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu, maka itu adalah ketetapan yang harus dijalankan. Bangun kesadaran diri dan tingkatkan kedekatan pada Allahﷻ, agar bisa membedakan mana petunjuk dan mana hawa nafsu.
Perlu di ingat, ini akhir zaman. Manusia akan di uji dengan kebenaran dan kebohongan dengan di lapisi fitnah Dajjal, sehingga keduanya tampak samar dan ambigu. Allahﷻ akan membimbing hamba yang selalu mencari kebenaran dan selalu dekat denganNya.