Dalam konteks akhir zaman, tema kehadiran Dajal dan tantangan yang dihadapi umat Islam menjadi semakin relevan. Penekanan pada pentingnya memahami dan bersiap menghadapi situasi darurat ini, melalui konsep “uzlah,” sangat diperlukan. Konsep ini dianggap sebagai perintah langsung dari Nabi Muhammadﷺ untuk mempersiapkan diri secara spiritual dan sosial.
Banyak tokoh agama yang memiliki pengetahuan luas, namun masih terjebak dalam praktik syirik. Ini menimbulkan pertanyaan mendalam. Mengapa mereka tidak mendapatkan hidayah meskipun memiliki ilmu yang cukup? Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tauhid yang benar harus menjadi prioritas. Kang Diki menekankan bahwa pertolongan sejati hanya berasal dari Allahﷻ, bukan dari manusia. Dan ini harus diyakini oleh setiap individu.
Pengalaman kang Diki dalam berinteraksi dengan berbagai tokoh agama, serta perjalanan mencari ilmu di berbagai daerah, menunjukkan betapa pentingnya lingkungan yang bersih dari praktik syirik. Tempat ibadah yang bebas dari praktik ini menjadi kunci agar doa-doa kita dapat diterima oleh Allahﷻ. Dengan kembali kepada prinsip-prinsip tauhid yang murni, kita akan lebih mudah mendapatkan bimbingan Ilahi.
Kang Diki juga menyoroti keutamaan beribadah di lokasi yang tepat. Ibadah yang dilakukan di tempat yang suci dan jauh dari pengaruh negatif sangat dianjurkan agar doa kita dapat dikabulkan. Oleh karena itu, komunitas umat Islam perlu bersatu dan membangun kesadaran akan pentingnya menjaga keaslian ibadah dan menjauhi segala bentuk syirik.
Dalam menghadapi tantangan akhir zaman, persatuan dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam akan menjadi senjata utama. Umat perlu saling mendukung dan mengingatkan agar tetap berada di jalur yang benar, serta siap menghadapi berbagai tantangan yang ada di masa depan. Hanya dengan cara ini kita dapat berharap untuk mendapat perlindungan dan rahmat dari Allahﷻ dalam setiap langkah yang kita ambil.
PENGORBANAN DAN PERJUANGAN DALAM JIHAD
Dalam sebuah diskusi mendalam, seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammadﷺ “Siapakah manusia paling utama?” Rasulullahﷺ menjawab, “Orang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya di jalan Allah.”
Ini menunjukkan bahwa perjuangan yang tulus dan pengorbanan total merupakan ciri dari orang-orang terpilih. Dalam konteks saat ini, tantangan untuk melakukan jihad dengan harta dan jiwa semakin berat. Meskipun mungkin ada satu miliar orang yang siap berinfak, sangat sedikit yang dapat dianggap berjihad dalam arti yang sesungguhnya.
Di zaman yang penuh dengan godaan material dan kesenangan, jihad sejati sulit ditemukan. Banyak yang hanya berkontribusi sebatas infak, padahal jihad memerlukan pengorbanan yang lebih mendalam. Kita perlu meneladani sosok seperti Siti Khadijah dan para sahabat yang rela mengorbankan segalanya, termasuk kekayaan mereka demi Allahﷻ.
Hal ini mengarah kepada pertanyaan, “Apa tindakan utama selain jihad?” Di sini, Nabiﷺ menggaris bawahi pentingnya mengasingkan diri untuk beribadah. Menjauhi keburukan, dan berfokus pada hubungan kita dengan Sang Pencipta. Kesadaran ini seharusnya mendorong kita untuk bersyukur atas apa yang kita miliki.
Rasulullahﷺ juga mengingatkan akan zaman yang akan datang, di mana manusia akan menjadikan nafsu dan harta sebagai tuhan mereka. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk menjaga diri agar tidak terjebak dalam budaya konsumtif yang merusak. Pemimpin seharusnya adalah mereka yang mampu menahan diri dan tidak membiarkan harta atau kedudukan mengendalikan mereka.
Akhirnya, kita diingatkan untuk selalu berpegang pada iman dan memperkuat diri dari segala fitnah, termasuk fitnah Dajal yang diprediksi akan memporak-porandakan keimanan umat. Kesadaran dan pengetahuan adalah senjata kita dalam menghadapi tantangan zaman.
Mari kita ingat untuk selalu bersyukur, tidak terjebak dalam materialisme, dan berusaha keras dalam menggapai ridha Allahﷻ, sembari terus berdoa agar kita termasuk dalam golongan yang selamat.
Penulis:Julian